Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Misterius Mengintai Burung di AS, Ratusan Ekor Mati

Kompas.com - 11/07/2021, 10:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di saat manusia sedang bergulat dengan Covid-19, epidemi baru tampaknya sedang menginfeksi spesies burung di Amerika Utara.

Banyak burung ditemukan mati di seluruh Amerika Serikat.

Burung-burung itu tampaknya dilanda gelombang penyakit misterius sejak April 2021.

Baca juga: Bagaimana Cara Gajah Tidur?

Ahli ornitologi mengatakan, burung tersebut memiliki mata bengkak serta masalah neurologis yang tampaknya menyebabkan burung kehilangan keseimbangan.

"Bukan hal yang aneh melihat burung dengan masalah mata," kata Direktur dan Pendiri Pusat Penyelamatan Hewan City Wildlife di Washington Jim Monsma, dikutip dari DW.

Monsma telah bekerja di bidang perlindungan dan rehabilitasi hewan di daerah perkotaan selama 25 tahun, terutama di Washington.

Tetapi Monsma dan rekan-rekannya butuh beberapa saat untuk menyadari bahwa apa yang mereka lihat tidak biasa.

"Awalnya kami tidak tahu bahwa kami sedang menghadapi epidemi," kata Monsma.

Baca juga: Selain Udang Asal Sulawesi, Ini 5 Hewan di Indonesia yang Terancam Punah

Penyebab masih misteri

Wabah itu telah menyebar setidaknya 965 kilometer (600 mil) dari ibu kota, melintasi wilayah Midwest Amerika Serikat dan ke negara bagian Indiana.

Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menerbitkan laporan tentang kematian burung misterius pada awal Juni.

Meski detailnya masih kabur, para ahli mencoba melacak epidemi kembali ke asalnya.

"Yang pertama kami lihat adalah pada April. Kemudian pada awal Juni, saat itulah kami mulai mengirim burung ke pusat hewan. Mereka terkejut mendengar jumlah kami pada saat itu. Sekarang, kami hampir mencatat 200 ekor terinfeksi," jelas Monsma.

Baca juga: Mengenal Harimau Sumatera yang Terancam Punah...

Pusat hewan telah memeriksa unggas untuk kemungkinan penyebab kematian atau penyakit, tetapi sejauh ini hasilnya tidak meyakinkan.

Salah satu ahli menghubungkan penyakit itu dengan kedatangan jangkrik Brood-X yang muncul sekitar akhir April hingga awal Mei 2021.

Sebab, warga mulai memperhatikan unggas yang mati di saat yang sama.

"Kami kehilangan populasi burung kami pada tingkat yang mengkhawatirkan," kata Monsma.

"Sekitar sepertiga spesies di Amerika menurun dengan cepat. Ini menyebar ke spesies lain. Kita tentu tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa itu bisa menyebar ke manusia," sambungnya.

Namun, itu hanyalah dugaan sementara.

Baca juga: Mengenal Magawa, Tikus yang Berhasil Memenangkan Medali Emas

 

Penelitian lanjutan

Penelitian lanjutan itu penting karena flu burung lain juga terbukti sangat berbahaya bagi manusia.

USGS menyarankan untuk berhenti memberi makan burung sampai epidemi berakhir.

Jika pengumpan dan tempat mandi burung disimpan, mereka harus dibersihkan dengan larutan pemutih 10 persen.

Hewan peliharaan juga harus dijauhkan dari burung yang sakit atau mati.

Baca juga: Mengenal Badak Putih Utara, Satwa yang Disebut Punah, Sisa 2 Ekor di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Tren
Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Tren
Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Tren
Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Tren
Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Tren
Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tren
Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Tren
Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Tren
Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Tren
Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com