Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Garuda DC-10 Terbakar dan Terbelah Tiga di Fukuoka

Kompas.com - 13/06/2021, 08:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Ada penumpang yang merangkak melalui celah patah badan pesawat, lalu melompat keluar dari PK-GIE yang tengah diamuk api.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Jawa Timur, 222 Orang Tewas

Lolos uji kelayakan terbang

Menurut Dirut Garuda Indonesia Soepandi perawatan pesawat melalui Garuda Maintanance Facility (GMF) cukup baik.

Begitu pula, perawatan menjelang terbang dari Jepang ke Indonesia sesuai dengan prosedur yang berlaku dan dilakukan pihak Japan Airlines (JAL) yang sejak tahun 1990 disubkontrakkan Garuda kepada JAL.

"Kalau tidak layak terbang ya tidak mungkin dilepas. Kondisi pesawat terbang maupun mesinnya pada waktu transit telah dicek pihak JAL, dan kondisinya dinyatakan tetap oke. Mesin ketiga yang terbakar itu baru diganti pada 25 Januari 1995," katanya.

DC-10 PK-GIE belum sempat mengudara (airborne) ketika mesin kanannya itu terbakar. Kecepatan luncur tatkala itu diperkirakan masih di bawah kecepatan decision speed V1, sekitar 150 knot.

"Nampaknya Capt. Londong mengambil keputusan aborted take-off dan mungkin karena melihat ada tanggul di ujung landasan pacu, ia membelokkan pesawatnya ke kanan seperti tampak jelas dalam tayangan siaran CNN," kata sebuah sumber Kompas.

Ditambahkan bila tidak dibelokkan, pesawat bermesin tiga tersebut pasti akan menabrak tanggul dan mungkin korban akan lebih banyak.

 

Hasil investigasi

Diberitakan Harian Kompas, 17 Juni 1996, Aircraft Accident Investigation Committee Kementerian Transportasi Jepang menyimpulkan dari hasil penelitian terhadap kecelakaan DC-10-30 Garuda Indonesia di Bandara Fukuoka bahwa penyebab dari kecelakaan tersebut adalah akibat kerusakan mesin kanan General Electric CF6-50C yang memaksa Kapten Ronald R Longdong mengambil keputusan abortive take-off, tidak mengudara.

Hasil akhir penelitian itu yang dikutip surat kabar Yomiuri Shimbun dan Asahi Shimbun, 15 Juni 1996. Kesimpulan itu serupa dengan yang disampaikan Dirjen Perhubungan Udara Zainuddin Sikado.

Investigation Comittee itu juga menyimpulkan mesin nomor dua (di ekor pesawat) berfungsi baik sewaktu akan lepas landas.

Lubang yang terdapat setelah pesawat gagal lepas landas, disebabkan oleh benturan pylon roda yang lepas dari kedudukannya dan membuat lubang tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ban 'Botak' Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Ban "Botak" Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

Tren
Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Tren
Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Tren
Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Tren
Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

Tren
Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tren
6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

Tren
PKS Disebut 'Dipaksa' Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

PKS Disebut "Dipaksa" Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

Tren
Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com