Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Geologi ITS Minta Pemerintah Sosialisasi Mitigasi Bencana Terkait Potensi Tsunami di Laut Selatan Jatim

Kompas.com - 06/06/2021, 17:00 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) merilis hasil kajian terbaru terkait potensi tsunami akibat gempa bumi. Dari hasil kajian BMKG, potensi tsunami kemungkinan terjadi di wilayah Laut Selatan Jawa Timur.

Berdasarkan kajian tim ahli BMKG, potensi terburuk bencana tsunami tersebut bisa mencapai tinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur dari gempa berkekuatan 8,7 skala richter tepatnya di lepas pantai perairan Kabupaten Trenggalek.

Peringatan itu disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam webinar Kajian Mitigasi Gempa Bumi Dan Tsunami Di Jawa Timur Jumat (28/5/2021) lalu yang diakses dari Youtube BMKG, Rabu (2/6/2021) malam.

"Waktu tiba gelombang tsunami tercepat akan sampai di Kabupaten Blitar dengan waktu tempuh gelombang dari pusat gempa selama 20-24 menit," katanya.

Baca juga: BMKG: Gempa M 8,7 dan Tsunami 29 Meter di Jawa Timur adalah Potensi, Bukan Prediksi

Terkait adanya potensi tsunami di laut selatan Jawa Timur, Pemerintah diminta lebih intensif melakukan mitigasi bencana gempa bumi.

Hal itu disampaikan oleh Pakar Geologi yang juga peneliti dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo.

Menurut Amien, Pemerintah bisa melakukan sosialisasi rumus mitigasi yang mudah dipahami oleh masyarakat yakni rumus 20-20-20.

“Rumus 20-20-20 penting diketahui masyarakat khususnya di sekitar lokasi potensi tsunami," ujar Amien dikonfirmasi Kamis (3/6/2021).

Rumus 20-20-20, kata dia, berarti jika terjadi gempa terasa selama 20 detik, tanpa perlu menunggu air surut segera menuju ke tempat dengan ketinggian minimal 20 meter, karena waktu yang ada hanya sekitar 20 menit.

Baca juga: Ramalan Gempa dan Tsunami di Jawa Timur, Pakar ITS: Siaga sejak Dini

Potensi tsunami di laut selatan Jatim yang diungkap BMKG menurutnya adalah langkah awal yang tepat, mengingat daerah Jawa Timur terbentuk karena adanya tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-Australia.

Apalagi dalam lima bulan terakhir, diketahui frekuensi gempa yang terjadi di Jawa Timur sangat tinggi.

"Tingginya intensitas terjadinya gempa ini patut dicurigai, belajar dari gempa besar Yogyakarta pada 27 Mei 2005 lalu," terang dosen Departemen Teknik Geofisika ITS Surabaya itu.

Tumbukan lempeng yang menyusun Jawa Timur, menurutnya, memiliki panjang sekitar 250 sampai 300 kilometer.

Hal itu menunjukkan, gempa sangat mungkin terjadi di berbagai titik, khususnya di wilayah yang ada di sekitar zona subduksi, yakni zona tempat terjadinya tumbukan itu.

Mendagri Minta Masyarakat Tak Panik

Adanya hasil kajian BMKG terkait potensi tsunami di laut selatan Jawa Timur juga direspons oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Tito meminta warga yang berada di daerah rawan gempa dan tsunami tidak panik dan takut.

“Kita tak perlu panik, dan tak perlu takut. Indonesia negara yang memang ditakdirkan ada pada ring of fire, ada di lempengan sehingga bencana adalah bagian dari kehidupan kita," kata Tito, saat berkunjung di Banyuwangi, Jumat (4/6/2021).

Tito menambahkan, Pemerintah daerah yang wilayahnya rawan tsunami dapat melakukan antisipasi mitigasi bencana.

Baca juga: Soal Potensi Tsunami di Laut Selatan Jatim, Risma Utus Staf Gelar Pelatihan Mitigasi Bencana

"Dengan kemajuan teknologi, kami lakukan antisipasi. Potensi megathurst ada dua, pertama gempa dan kedua tsunami," ujarnya.

Karena itu menurutnya, untuk gempa, pemerintah daerah perlu sosialisasi untuk membangun bangunan anti gempa.

"Untuk daerah yang rawan tsunami ini perlu mitigasi, mulai dari upaya pencegahannya," jelas Mantan Kapolri tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com