Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
Pertama, walaupun ada perubahan dari susunan ACTG, tapi sampai batas tertentu, PCR masih bisa membacanya. Kecuali kalau perubahanya sudah begitu kompleks.
Kedua, PCR untuk tes covid menggunakan target tidak hanya 1 gen. WHO mensyaratkan minimal 2 target gen. Bahkan kadang sampai 3 target.
"Maka seandainya terjadi mutasi pada gen S, masih ada target lain yang rendering tidak signifikan mutasinya. Di Indonesia, hampir semua tidak menggunakan target gen S. Rata-rata menggunakan target N, E, RdRp dan Orf1ab. Maka sampai saat ini masih mampu mendeteksi adanya varian tersebut," ungkap Tonang.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim yang disebarkan oleh akun Facebook Jarot Setiawan tentang gejala Covid-19 unik dari varian baru perlu diluruskan.
Gejala unik yang sudah terdeteksi bukan diare, sesak napas, lalu meninggal. Akan tetapi batuk terus menerus sampai satu jam, mulut kering, dan konjungtivitis atau mata merah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.