Lebih dari 100.000 orang telah dipecat atau diskors, dan sekitar 50.000 orang ditangkap atas tindakan keras.
Pemerintah Turki menganggap tindakan keras itu perlu untuk “membasmi semua pendukung kudeta dari aparat negara”.
Baca juga: Kilas Timur Tengah Sepekan, dari Kasus Corona di Iran hingga Ancaman Erdogan
Pada 22 Mei 2014, militer Thailand melancarkan kudeta untuk menggulingkan pemerintah terpilih.
Alasannya untuk memulihkan ketertiban dalam menghadapi demonstrasi melawan pemerintah Thaksin Shinawatra.
Seperti diberitakan Reuters, tiga tahun setelahnya konstitusi sokongan militer telah diratifikasi dan disetujui dalam referendum. Dengan perubahan, Raja Vajiralongkorn meningkatkan kekuasaannya, melalui pemilihan umum.
Baca juga: Thailand Akan Produksi Vaksin Murah, Bisa Diakses Asia Tenggara
Sampai tahun kemarin, lebih dari 12.000 orang bergabung dengan "Run Against Dictatorship". Sebuah gerakan anti-pemerintah.
Kemudian pada 18 Juli 2020, sekitar 2.500 pengunjuk rasa berkumpul di Monumen Demokrasi.
Ini merupakan salah satu demonstrasi terbesar sejak kudeta, yang menyerukan pembubaran parlemen dan pemilihan baru.
Baca juga: Ramai di Medsos Gubernur Riau Pelesiran ke Thailand Saat Kabut Asap, Ini Penjelasannya...
Pada 15 November 2017, melansir AFP dari pemberitaan Kompas.com, terdengar sekitar 30 atau 40 tembakan sekitar 3 sampai 4 menit pada pukul 2 pagi, di rumah pribadi presiden Zimbabwe, Robert Mugabe.
Ketegangan di Zimbabwe terjadi ketika Panglima Pasukan Pertahanan Zimbabwe mencetuskan untuk turun tangan mengakhiri 'pembersihan pendukung' Emmerson Mnangagwa.
Satu pekan sebelumnya, Mugabe memecat wakil presidennya, Mnangagwa, tentara veteran yang tersohor di kalangan militer Zimbabwe.
Baca juga: 10 Negara Termiskin di Dunia, Semua dari Benua Afrika, Mana Saja?
Dia dijuluki 'Sang Buaya' dan sempat dijagokan sebagai sosok yang cocok untuk menggantikan Mugabe.
Pemecatan tersebut dikaitkan dengan upaya Mugabe mencalonkan istrinya untuk menjadi presiden Zimbabwe.
Kondisi politik memanas. Setelah hampir 40 tahun menjabat presiden, Mugabe pun akhirnya mengundurkan diri.
Komite utama partai yang paling berkuasa ZANU-PF Zimbabwe, menunjuk Mnangagwa untuk mengambil alih kepemimpinan.
Baca juga: Saat Negara Kaya Minyak Kehabisan Uang...
Pada April 2019, Presiden Sudan, Omar Hassan al-Bashir dilengserkan setelah berkuasa selama 30 tahun melalui kudeta militer.
The Washington Post memberitakan, pelengserannya dipicu oleh aksi damai besar-besaran, yang dihadiri oleh ratusan ribu orang di ibu kota Khartoum.
Pengambilalihan kekuasaan di Sudan menutup gerakan protes dan pergolakan politik di Afrika Utara.