Bambang mengungkapkan, jika varian baru tersebut menyebar di Indonesia, maka dampaknya bisa memperburuk kondisi pandemi di Tanah Air, terlebih sudah banyak rumah sakit yang dilaporkan kelebihan kapasitas.
"Tetapi, belum ada bukti kalau varian ini sudah menyebar di Indonesia. Meskipun harus diakui, genomik dan molekuler surveilans kita tidak secanggih seperti Inggris," kata Bambang.
Dia menyebut, dua negara tetangga Indonesia sudah mendeteksi adanya varian baru tersebut, yakni Australia, dan yang baru-baru ini adalah Singapura.
"(Singapura) kasusnya satu orang, tapi itu artinya kita harus mulai lebih berhati-hati. Karena makin dekat dengan kita," kata Bambang.
Dia menambahkan, meski sampai saat ini belum ada bukti bahwa varian baru menimbulkan keparahan yang lebih pada pasien Covid-19, namun bukan berarti hal tersebut tidak akan berubah.
"Karena ini masih perlu bukti, informasi, dan penelitian lebih lanjut," ujar Bambang.
Baca juga: Finlandia Laporkan Kasus Varian Baru Virus Corona Inggris dan Afrika Selatan
Bambang mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Eropa, sudah mengeluarkan saran terkait temuan varian baru virus corona, antara lain:
Bambang mengatakan, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman yang ada di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN, sudah melakukan pemetaan SARS-CoV-2 dari 1.000 sampel klinis.
"Harapannya, kita bisa memahami distribusi dan pola penyebaran virus, serta mendeteksi kemungkinan varian tersebut barangkali sudah muncul di Indonesia," kata Bambang.