Stevanato adalah presiden dari perusahaan kemasan medis Italia Stevanato Group.
Perusahaan tersebut adalah produsen botol kaca terbesar kedua di dunia dan pemasok botol kaca terkemuka untuk lebih dari 40 vaksin Covid-19.
Didirikan di pinggiran Venesia pada 1949 oleh ayahnya yang bernama Giovanni, perusahaan itu saat ini dijalankan anak-anak Sergio, yakni Franco dan Marco, yang masing-masing menjabat sebagai CEO dan wakil presiden.
Perusahaan yang sekarang bernilai 700 juta dollar AS ini pun juga merupakan produsen pena insulin terbesar di dunia.
Selain itu, juga membuat mesin yang mampu mensterilkan, dan mengemas miliaran botol, jarum suntik, dan produk kaca lainnya.
Baca juga: Menilik Varian B117, Mutasi Virus Corona yang Diyakini Lebih Mudah Menular
Dikenal sebagai "Edison of Medicine" untuk pekerjaannya di bidang teknis biomedis, Langer sendiri adalah profesor teknik kimia di Institut Teknologi Massachusetts.
Dia merupakan investor awal dari Moderna pada 2010, di mana hingga kini, dia belum pernah menjual sahamnya.
Setidaknya, 3 persen saham yang dimiliki Langer saat ini dilaporkan sudah bernilai sekitar 1,5 miliar dollar AS.
Langer juga memiliki investasi kecil di perusahaan rintisan bioteknologi SQZ Biotechnologies dan Frequency Therapeutics yang diperdagangkan secara publik, dimana keduanya didirikan mahasiswa pascadoktoral dari labnya.
Sekarang ini, Langer sudah memegang lebih dari 1.400 paten yang telah dilisensikan lebih dari 400 kali kepada perusahaan farmasi dan medis.
Baca juga: Viral Pewarna Makanan Karmin Berasal dari Kutu Daun, Ini Penjelasan LIPI
Godha memulai kariernya sebagai akuntan sewaan sebelum memasuki sektor farmasi pada 1975.
Ketika itu, Godha berhasil mengakuisisi pembuat obat yang berbasis di Mumbai, Ipca Labs, dalam kemitraan dengan keluarga superstar Bollywood Amitabh Bachchan.
Ipca Labs merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi obat generik dan bahan-bahan farmasi.
Lalu, perusahaan melihat harga sahamnya hampir dua kali lipat pada tahun ini sebagian karena produksi dan penjualan tinggi terhadap obat antimalaria hydroxychloroquine yang dianggap kontroversial.
Obat itu sendiri pada awalnya berpotensi menjadi sebuah obat penyembuh dari pandemi sebelum akhirnya penggunaannya dilarang oleh WHO karena dianggap tidak memiliki efek terhadap angka kematian akibat Covid-19.
Baca juga: Update Corona di Dunia 30 Desember: 82 Juta Kasus | Spanyol Akan Lacak Orang yang Enggan Divaksin
Troendle adalah seorang CEO sekaligus pendiri Medpace, perusahaan yang melakukan kontrak dan uji klinis untuk perusahaan farmasi.
Sebelum mendirikan Medpace pada 1992 dan mempublikasikannya pada 2016, dokter lulusan Universitas Maryland tersebut bekerja di pengembangan farmasi raksasa Swiss Novartis.
Lab Medpace menangani keseluruhan layanan farmasi, mulai dari tes usap dan antibodi untuk Covid-19 hingga menjalankan uji klinis kompleks terhadap vaksin.
Forbes sendiri memperkirakan bahwa Troendle, yang memiliki sekitar 21 persen saham Medpace, sekarang bernilai sekitar 1,3 miliar dollar AS.
Angka tersebut pun menjadikan Troendle sebagai pengusaha perawatan kesehatan terbaru yang bergabung dengan klub miliarder pada 2020.
Baca juga: Catat, 9 Daerah Ini Wajibkan Dokumen Rapid Test Antigen, Mana Saja?