Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Spesifikasi Pesawat N219 Buatan indonesia yang Lolos Sertifikasi

Kompas.com - 28/12/2020, 19:02 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah tertunda cukup lama, Indonesia akhirnya memiliki pesawat terbang yang menyelesaikan proses sertifikasi dari otoritas penerbangan. 

Hal itu setelah pesawat N-219 menyelesaikan rangkaian pengujian sertifikasi dari Otoritas Kelaikudaraan Sipil Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan RI.

"Hasil pengujian DKPPU, pesawat N219 dinyatakan memenuhi CASR Part 23 (Airworthiness Standards for Aeroplanes in the Normal, Utility, Acrobatic or Commuter Category)," ujar Direktur Teknologi & Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (DI), Gita Amperiawan dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (28/12/2020).

Baca juga: Pesawat N219 Lolos Sertifikasi, Masuk Tahap Komersialisasi pada 2021

Spesifikasi pesawat N-219

Melansir laman resmi Dirgantara Indonesia, N-219 dibuat dengan tujuan untuk menghubungkan wilayah-wilayah terpencil yang ada di Indonesia.

Pesawat ini dapat mengangkut 17-19 penumpang, dengan kapasitas muatan 2.313 kilogram. 

Mengenai kemampuannya, pesawat ini memiliki kecepatan jelajah maksimum hingga 210 knot atau 388 kilometer per jam. 

Tercapainya konektivitas antar wilayah ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan memelihara pertahanan juga keamanan di daerah terpencil.

Oleh karena itu, kemampuan juga badan pesawat ini dirancang sedemikian rupa untuk bisa menjadi moda transportasi yang andal menjangkau wilayah-wilayah terpencil.

Misalnya, memiliki kemampuan terbang di daerah pegunungan dengan tinggi lebih dari 1.800 meter, terbang di tengah cuaca yang berubah-ubah, disiapkan juga dalam bentuk amfibi agar bisa mendarat di perairan.

Versi amfibi juga dipersiapkan, mengingat banyak wilayah Indonesia yang berada di sekitar atau di tengah perairan.

Dengan koefisien gaya angkat maksimum sayap utama yang besar, N-219 bisa tetap stabil saat terbang dengan kecepatan rendah di antara gunung-gunung.

Baca juga: Apa Kabar Pesawat Buatan Indonesia N219 Nurtanio? Ini Update-nya

Mendukung wilayah terpencil

Tidak hanya itu, dikutip dari Harian Kompas, Senin (28/12/2020), di darat pesawat ini hanya membutuhkan landasan pacu kurang dari 600 meter untuk bisa mendarat dengan sempurna.

Bahkan, N-219 disebut bisa mendarat meskipun hanya di landasan pacu yang berupa tanah yang dicangkul.

Untuk mendukungnya sebagai pesawat penghubung wilayah terpencil, pesawat ini dilengkapi dengan berbagai kebutuhan misi, mulai dari Troop Transportation, konfigurasi Medical Evacuation, Cargo Transportation, Surveillance, dan Search and Rescue (SAR).

N-219 menjadi pesawat dengan penampang kabin terbesar di kelasnya yang dilengkapi dengan pintu kargo yang lebar.

Sistem yang digunakan dalam pesawat ini juga sudah lebih canggih dari jenis pesawat yang dikembangkan sebelumnya. Yakni menggunakan teknologi elektronik dan avionik.

Baca juga: Pesawat N219 Nurtanio Jalani Uji Coba Terbang Ke-15

 PT Dirgantara Indonesia, Bandung, membuat pesawat N219, seperti terlihat Kamis (12/11/2015). Pesawat dengan desain, teknologi, serta interior yang seluruhnya dikerjakan oleh Indonesia ini memiliki banyak kelebihan, antara lain mampu menjelajah ke daerah pelosok yang memiliki landasan pendek. Pesawat ini dikembangkan PT DI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO PT Dirgantara Indonesia, Bandung, membuat pesawat N219, seperti terlihat Kamis (12/11/2015). Pesawat dengan desain, teknologi, serta interior yang seluruhnya dikerjakan oleh Indonesia ini memiliki banyak kelebihan, antara lain mampu menjelajah ke daerah pelosok yang memiliki landasan pendek. Pesawat ini dikembangkan PT DI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Dikutip dari Harian Kompas (17/5/2020) disebutkan bahwa pesawat Nurtario ini dilengkapi dengan teknologi terrain alerting and warning system untuk memberi pandangan 3 dimensi bagi pilot.

Pesawat kebanggaan Indonesia yang didesain dan dirancang oleh perekayasa dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) itu bermesin ganda tipe baling-baling dan telah dilengkapi dengan sistem mekanis untuk penggerak dan kemudi.

Demi menekan tingginya biaya produksi, pesawat ini dibuat menggunakan komponen lokal. Persentasinya bisa mencapa 44 persen dari total komponen yang digunakan merupakan komponen yang berasal dari dalam negeri.

Prosentase ini akan terus ditingkatkan hingga mencapai 55-60 persen penggunaan komponen lokal.

Baca juga: Pesawat Buatan Indonesia N-219 Resmi Diberi Nama Nurtanio

Spesifikasi

  • Kapasitas penumpang: 17-19 orang
  • Kapasitas muatan: 2.313 kilogram
  • Panjang badan: 16,49 meter
  • Rentang sayap: 19,50 meter
  • Tinggi kabin: 1,7 meter
  • Lebar kabin: 1,8 meter
  • Bobot Take Off Maksimum (MTOW): 7.030 Kg
  • Max. Kapasitas bahan bakar: 1.600 Kg
  • Jangkauan Maksimum dengan Bahan Bakar Maksimum: 1.533 kilometer
  • Lepas Landas: 435 meter
  • Jarak Pendaratan: 509 meter
  • Kecepatan Jelajah Maksimum: 388,82 kilometer per jam
  • Mesin: Pratt & Whitney PTG-42A, 850 Shp
  • Propeller: Hartzel, 4 bilah baling-baling
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com