KOMPAS.com - Hujan lebat yang terjadi di Bandung pada Kamis (24/12/2020) dari pukul 17.00-18.00 WIB menyebabkan sejumlah daerah mengalami banjir.
Akibat hujan lebat ini, banjir besar terjadi di sejumlah lokasi di Bandung seperti Sukajadi, Andir, Pasteur, dan Paledang.
Mengutip dari laman Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), hujan yang terjadi di Bandung disebut awalnya berlangsung ringan hingga sedang pada pukul 13.00-16.00 WIB di wilayah utara dan selatan Bandung.
Adapun peningkatan hujan secara signifikan terjadi pada pukul 17.00 WIB.
Baca juga: Banjir Bandung akibat Konversi Lahan DAS Citarum
Menurut analisa Lapan, peningkatan hujan yang singkat dan signifikan akibat terbentuknya awan konvektif yang dipengaruhi oleh gelombang Rossbi yang bertemu dengan gelombang Kelvin di sekitar wilayah Bandung.
Lantas apa itu gelombang Rossbi dan Kelvin?
Peneliti Klimatologi pada Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan Erma Yulihastin menjelaskan, hujan yang terjadi di Bandung dari rekaman data yang ada sebenarnya bukan hujan ekstrem.
"Kategorinya hanya hujan lebat saja namun dalam waktu singkat," ujar Erma saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (26/12/2020).
Adapun gelombang Rossbi dan Kelvin menurut Erma adalah gelombang gravitas yang meliputi seluruh permukaan bumi akan tetapi adanya hanya di sekitar ekuator.
Indonesia adalah wilayah yang diliputi penjalaran gelombang tersebut.
"Gelombang Kelvin dari barat ke timur adapun Rossbi sebaliknya dari timur ke barat," ujar Erma.
Baca juga: Mengapa Bandung Kerap Diterjang Banjir?
Erma melanjutkan jika kedua gelombang tersebut bertemu di satu titik maka akan muncul adanya curah hujan yang tinggi, dan lonjakan curah hujan yang tiba-tiba di wilayah konvergensi atau daerah bertemunya angin.
Selain itu di wilayah tersebut juga terdapat peningkatan kelembaban uap air.
Menurutnya fenomena inilah yang kemudian terjadi di Bandung.
"Saya melihat dinamika di atmosfer lebih banyak dikontrol aktif oleh gelombang ini," ujar dia.