"Mengapa mereka tidur sangat sedikit dalam penerbangan, bahkan di malam hari ketika mereka jarang mencari makan, masih belum jelas," kata peneliti Neils Rattenborg.
"Mengapa kita dan banyak hewan lain, menderita secara dramatis karena kurang tidur, sedangkan beberapa burung mampu melakukan adaptasi pada waktu tidur yang jauh masih menjadi misteri," sambungnya.
Karenanya, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untul mengungkap misteri itu.
Baca juga: Bisakah Burung Tropis Menghadapi Panas karena Perubahan Iklim?
Sejauh ini, burung cikalang adalah satu-satunya burung yang diteliti yang menunjukkan kemampuan tidur saat terbang. Sangat mungkin bahwa banyak burung lain mengadopsi strategi ini.
Sementara itu, burung sylvia borin memiliki cara yang berbeda dari burung cakalang.
Sebelum angin musim dingin mulai bertiup, burung-burung tersebut bermigrasi ke sub-Sahara Afrika yang lebih hangat dengan menempuh perjalanan hampir 4.000 kilometer.
Untuk mencapai Afrika, burung-burung tersebut sesekali berhenti di beberapa tempat untuk makan dan tidur.
Dalam sebuah studi yang dilakukan peneliti dari University of Vienna, mengungkapkan bagaimana burung-burung ini tidur di lubang persinggahan.
Burung-burung yang lebih lelah tidur di tengah-tengah vegetasi semak dengan kepala terselip di antara sayap mereka. Hal ini memungkinkan burung menghabiskan lebih sedikit energi.
Sebaliknya, burung yang tidak terlalu lelah lebih suka tidur tanpa menundukkan kepala. Sehingga, memungkinkan mereka lebih waspada terhadap lingkungan sekitar.
Baca juga: Mengenal White Bellbird, Burung dengan Suara Ternyaring di Bumi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.