Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat SilkAir Jatuh di Sumsel, 104 Orang Tewas

Kompas.com - 19/12/2020, 07:02 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 23 tahun lalu, tepatnya 19 Desember 1997, terjadi kecelakaan pesawat Boeing 737-300 milik maskapai asal Singapura, SilkAir. Sebanyak 104 penumpang dan awaknya tewas.

Diberitakan Harian Kompas, 20 Desember 1997, kecelakaan pesawat dengan nomor penerbangan MI-185 tersebut terjadi sekitar pukul 16.30 WIB.

Pesawat itu lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 15.23 WIB, dengan tujuan Singapura. SilkAir adalah anak perusahaan Singapore Airlines yang khusus melayani sejumlah kota di kawasan Asia Tenggara.

Pesawat meledak di udara dan jatuh berkeping-keping di perairan Sungai Musi, Parit 12, Kecamatan Sungsang, Kabupaten Musibanyuasin, sekitar 70 kilometer utara Palembang, Sumatera Selatan.

Posisi jatuhnya pesawat SilkAir dipastikan pada 02.26 '50 Lintang Selatan (LS) dan 104.55 '53 Bujur Timur (BT), atau tak jauh dari lokasi jatuhnya Helikopter BO-105 milik Mabes Polri, tanggal 8 November 1997.

Baca juga: Pria di AS Naik ke Atas Sayap Pesawat yang Akan Terbang, Bagaimana Ceritanya?

Pihak CASS mengemukakan, kontak dengan pesawat hilang sekitar pukul 17.15 waktu Singapura (atau 16.15 WIB). Pesawat seharusnya mendarat di Singapura pukul 18.05 waktu setempat.

Sampai pukul 23.00 WIB, belum diketahui nasib 97 penumpang dan tujuh awak pesawat. Dirjen Perhubungan Udara Sikado, sebagaimana dikutip dari Antara, memperkirakan semua penumpang dan awak pesawat SilkAir tewas.

Mengutip manifes penerbangan, dalam pesawat bermesin jet ganda CFM56-3B2 buatan patungan General Electric (AS) dan Snecma (Perancis), terdapat 40 warga Singapura, dua Jepang, 23 Indonesia, empat Jerman, 10 Malaysia, lima Amerika Serikat, lima Perancis, tiga Inggris, serta masing-masing seorang Bosnia, Austria, India, Taiwan, dan Australia.

Juru bicara Singapore Airlines (SIA), Rick Clements, kepada kantor berita AFP menyatakan, enam dari tujuh awak pesawat adalah warga Singapura dan seorang lainnya kopilot warga negara Selandia Baru.

Baca juga: Nasib Warga Perbatasan RI-Malaysia di Krayan, Tiap Hari Antre BBM Dijatah 3 Liter gara-gara Lisensi Pilot Pesawat Pengangkut BBM Habis

Polisi Singapura dilaporkan membuat batas pengaman pada bagian pelayanan SilkAir di Bandara Changi International Singapura. Di lokasi tersebut, para keluarga korban menunggu perkembangan berita lebih lanjut.

Mengutip Harian Kompas, 21 Desember 1997, Dirjen Perhubungan Udara Zainuddin Sikado menjelaskan sebelum jatuhnya pesawat SilkAir adalah kontak terakhir antara petugas menara Bandara Soekarno-Hatta dengan pesawat SilkAir pukul 16.13 WIB, setelah itu tidak ada lagi.

Menurut keterangannya, kontak terakhir itu terjadi biasa-biasa saja, tidak ada pernyataan distress, karena pilot sudah mau pindah kontak dengan Singapura.

Aturannya, jika sudah pindah kontak ke Singapura, itu berarti pesawat di bawah kendali menara pengawas Singapura, tidak lagi kendali Bandara Cengkareng.

Kecelakaan pesawat baru terungkap setelah menara Singapura menanyakan ke Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Petugas di Singapura memberitahukan pesawat SilkAir seharusnya mendarat di Singapura pukul 16.40 WIB, tapi masih belum mendarat.

Baca juga: Bahaya yang Mengintai Setelah Pesawat Lama Tak Terbang karena Covid-19

Hal ini diperkuat adanya pemberitahuan dari Palembang, adanya penduduk yang melihat pesawat jatuh pukul 16.30 WIB.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Panggung Kampanye Capres di Meksiko Roboh, 9 Orang Meninggal dan Puluhan Luka-luka

Panggung Kampanye Capres di Meksiko Roboh, 9 Orang Meninggal dan Puluhan Luka-luka

Tren
Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Tren
Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com