KOMPAS.com - Sebuah video yang membahas soal Tourette Syndrome atau Sindrom Tourette ramai diperbincangkan di media sosial.
Dalam video berdurasi 59 detik ini, seorang perempuan menjelaskan bahwa ia menderita sindrom Tourette yang mengakibatkan ia bisa bergerak dan berbicara secara mendadak.
Menurut dia, gerakan dan suara yang dikeluarkannya tiba-tiba itu di luar kendali dirinya.
Aoa itu Tourette Syndrome atau sindrom Tourette?
Dilansir dari WebMD, sindrom Tourette adalah gangguan pada sistem saraf yang menyebabkan seseorang membuat gerakan atau suara tiba-tiba, yang disebut tics.
Tics ini tidak dapat dikendalikan oleh para pengidap sindrom tersebut.
Sindrom ini sering muncul pada masa anak-anak, dan lebih banyak diidap oleh anak laki-laki.
Namun, gejala tics akan semakin berkurang ketika pengidapnya tumbuh dewasa. Ada juga yang tidak mengalami gejala sama sekali setelah dewasa.
Baca juga: Mengenal Sindrom Putri Tidur atau Sleeping Beauty Syndrome
Melansir MayoClinic, orang dengan sindrom Tourette melakukan gerakan atau mengeluarkan suara yang tiba-tiba, singkat, dan terputus-putus.
Hal itu digolongkan menjadi gejala atau tanda khas sindrom Tourette.
Gejala Tourette Syndrome ada yang tingkat ringan hingga parah.
Untuk gejala yang parah dapat mengganggu komunikasi, aktivitas harian, dan kualitias hidup secara signifikan.
Ada beberapa tics yang terjadi, misalnya, berkedip atau berdehem terus menerus. Bahkan, beberapa orang mungkin melontarkan kata-kata yang tidak ingin mereka ucapkan.
Berikut klasifikasi tics:
Tics juga dapat melibatkan gerakan (tics motorik) atau suara (tics vokal). Tics motorik biasanya muncul sebelum tics vokal terjadi. Berikut penjelasannya:
Sebelum terjadi gerakan motorik, pengidap mungkin merasakan sensasi seperti kesemutan atau ketegangan.
Orang tersebut dapat menahan tics untuk sementara waktu, tetapi mungkin tidak dapat menghentikan terjadinya tics.
Selain itu, tics dapat berbeda dalam jenis, frekuensi, dan tingkat keparahan.
Jika seseorang merasa sakit, stress, cemas, lelah, atau bersemangat, maka tics akan memburuk.
Umumnya, tics juga dapat terjadi saat seseorang dengan sindrom Tourette tertidur.
Baca juga: CDC: Tak Hanya Anak-anak, Sindrom Peradangan Covid-19 juga Serang Orang Dewasa
Tourette dikaitkan dengan beberapa bagian otak. Salah satunya ganglia basal. Bagian ini berfungsi untuk membantu tubuh mengontrol gerakan.
Masalah yang terjadi pada ganglia basal diduga dapat memengaruhi sel saraf dan bahan kimia yang membawa pesan ke otak.
Meski tidak dapat dipastikan penyebabnya sampai saat ini, dokter dan peneliti masih mencari tahu apa yang menyebabkan masalah Tourette pada otak.
Penderita dengan tics ringan cenderung tidak perlu diobati. Namun, dokter akan meresepkan obat untuk membantu penyembuhan.
Butuh beberapa saat untuk menemukan dosis yang tepat yang membantu mengendalikan tics.
Berikut beberapa obat yang dapat membantu penderita sindrom Tourette:
Selama menjalani pengobatan, pasien mungkin dapat mempertimbangkan terapi bicara.
Psikolog atau konselor dapat membantu penderita mempelajari cara menangani masalah sosial yang mungkin disebabkan oleh tics dan gejala lainnya.