Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindrom Tourette, Gangguan pada Sistem Saraf yang Perlu Diketahui

Kompas.com - 28/11/2020, 12:13 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video yang membahas soal Tourette Syndrome atau Sindrom Tourette ramai diperbincangkan di media sosial. 

Dalam video berdurasi 59 detik ini, seorang perempuan menjelaskan bahwa ia menderita sindrom Tourette yang mengakibatkan ia bisa bergerak dan berbicara secara mendadak.

Menurut dia, gerakan dan suara yang dikeluarkannya tiba-tiba itu di luar kendali dirinya.

Aoa itu Tourette Syndrome atau sindrom Tourette?

Dilansir dari WebMD, sindrom Tourette adalah gangguan pada sistem saraf yang menyebabkan seseorang membuat gerakan atau suara tiba-tiba, yang disebut tics.

Tics ini tidak dapat dikendalikan oleh para pengidap sindrom tersebut.

Sindrom ini sering muncul pada masa anak-anak, dan lebih banyak diidap oleh anak laki-laki.

Namun, gejala tics akan semakin berkurang ketika pengidapnya tumbuh dewasa. Ada juga yang tidak mengalami gejala sama sekali setelah dewasa.

Baca juga: Mengenal Sindrom Putri Tidur atau Sleeping Beauty Syndrome

Gejala sindrom Tourette

Melansir MayoClinic, orang dengan sindrom Tourette melakukan gerakan atau mengeluarkan suara yang tiba-tiba, singkat, dan terputus-putus.

Hal itu digolongkan menjadi gejala atau tanda khas sindrom Tourette.

Gejala Tourette Syndrome ada yang tingkat ringan hingga parah.

Untuk gejala yang parah dapat mengganggu komunikasi, aktivitas harian, dan kualitias hidup secara signifikan.

Ada beberapa tics yang terjadi, misalnya, berkedip atau berdehem terus menerus. Bahkan, beberapa orang mungkin melontarkan kata-kata yang tidak ingin mereka ucapkan.

Berikut klasifikasi tics:

  • Tics sederhana: Tics yang muncul secara tiba-tiba, dan berulang ini melibatkan sejumlah kelompok otot.
  • Tics kompleks: Tics yang ditandai dengan pola gerakan berbeda dan terkoordinasi ini melibatkan beberapa kelompok otot.

Tics juga dapat melibatkan gerakan (tics motorik) atau suara (tics vokal). Tics motorik biasanya muncul sebelum tics vokal terjadi. Berikut penjelasannya:

  • Tics motortik melibatkan gerakan seperti, tangan atau kepala menyentak, berkedip, membuat ekspresi, mulut berkedut, dan mengangkat bahu.
  • Tics vokal meliputi menggonggong atau berteriak, membersihkan tenggorokan, batuk, ngorok, mengulangi apa yang orang lain katakan, dan mengendus.

Sebelum terjadi gerakan motorik, pengidap mungkin merasakan sensasi seperti kesemutan atau ketegangan.

Orang tersebut dapat menahan tics untuk sementara waktu, tetapi mungkin tidak dapat menghentikan terjadinya tics.

Selain itu, tics dapat berbeda dalam jenis, frekuensi, dan tingkat keparahan.

Jika seseorang merasa sakit, stress, cemas, lelah, atau bersemangat, maka tics akan memburuk.

Umumnya, tics juga dapat terjadi saat seseorang dengan sindrom Tourette tertidur.

Baca juga: CDC: Tak Hanya Anak-anak, Sindrom Peradangan Covid-19 juga Serang Orang Dewasa

Penyebab sindom Tourette

Tourette dikaitkan dengan beberapa bagian otak. Salah satunya ganglia basal. Bagian ini berfungsi untuk membantu tubuh mengontrol gerakan.

Masalah yang terjadi pada ganglia basal diduga dapat memengaruhi sel saraf dan bahan kimia yang membawa pesan ke otak.

Meski tidak dapat dipastikan penyebabnya sampai saat ini, dokter dan peneliti masih mencari tahu apa yang menyebabkan masalah Tourette pada otak.

Pengobatan

Penderita dengan tics ringan cenderung tidak perlu diobati. Namun, dokter akan meresepkan obat untuk membantu penyembuhan.

Butuh beberapa saat untuk menemukan dosis yang tepat yang membantu mengendalikan tics.

Berikut beberapa obat yang dapat membantu penderita sindrom Tourette:

  • Haloperidol (Haldol), fluphenazine (Prolixin), dan pimozide (Orap), yang bekerja pada dopamin untuk mengendalikan tics.
  • Clonidine (Catapres) dan guanfacine (Tenex, Intuniv)), obat tekanan darah tinggi yang juga dapat mengobati tics.
  • Fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft), dan antidepresan lainnya, yang dapat meredakan kecemasan, kesedihan, dan gejala obsesif-kompulsif.

Selama menjalani pengobatan, pasien mungkin dapat mempertimbangkan terapi bicara.

Psikolog atau konselor dapat membantu penderita mempelajari cara menangani masalah sosial yang mungkin disebabkan oleh tics dan gejala lainnya.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Sindrom Williams

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com