Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak, Dampak Psikologis dan Sosial Pernikahan Usia Dini

Kompas.com - 27/10/2020, 20:31 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

"Umumnya adalah daerah, yang dari sisi pendidikan itu belum terlalu maju," kata Nurhadi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/10/2020).

Nurhadi menduga, faktor paling utama terjadinya pernikahan usia dini adalah karena secara kultural anak perempuan dianggap sebagai "beban ekonomi" dalam keluarga.

"Artinya bahwa anak perempuan itu dibesarkan oleh keluarga. Namun kemudian secara kultural, mereka itu akhirnya akan lepas dan diambil oleh orang," kata Nurhadi.

"Sehingga kemudian ada dorongan secara tidak langsung dalam diri perempuan untuk segera menikah. Misalnya, perempuan yang sudah berusia 20-an atau sudah tamat sekolah namun tidak segera menikah, oleh masyarakat kemudian dipandang tidak bagus," imbuhnya.

Sehingga, menurut Nurhadi, pernikahan usia dini cenderung mendapat rekomendasi secara kultural karena dianggap positif perempuan menikah di usia relatif muda.

Baca juga: Sederet Kisah Pernikahan Dini di NTB, Mulai Umur 12 Tahun hingga Menikahi 2 Gadis dalam Sebulan

Namun, terkait EB dan UD, menurutnya hal ini menjadi persoalan karena pernikahan tersebut dilakukan ketika usia kedua mempelai masih terhitung belia.

"Saya menduga faktor terbesar adalah faktor ekonomi. Sebagian di antara mereka adalah anak-anak perempuan yang berasal dari ekonomi bawah," ujar Nurhadi.

"Yang kedua adalah faktor pendidikan. Jadi memang pemahaman di masyarakat, salah satunya tentang kesehatan reproduksi, itu belum terlalu bagus," imbuhnya.

Selain itu, Nurhadi mengatakan, ada pula keyakinan di masyarakat bahwa menikah di usia muda itu cenderung lebih baik karena dapat terhindar dari perzinaan.

"Padahal, hal itu terjadi karena kita tidak memiliki semacam mekanisme untuk menyalurkan libido. Sebetulnya, secara psikologis, kenaikan libido itu bisa dikanalisai, misalnya dengan cara olahraga," kata Nurhadi.

Baca juga: Pernikahan Dini Diprediksi Meningkat Setelah Pandemi

Dampak sosial

Menurut Nurhadi, permasalahan pernikahan usia dini tidak bisa hanya ditimpakan pada kedua mempelai yang memutuskan untuk menikah meski masih belia.

Dia menganggap, ada pemahaman yang perlu dibenahi di masyarakat, yakni pernikahan usia dini lebih banyak membawa dampak merugikan. Terutama bagi perempuan.

"Karena secara psikis dia belum siap untuk menjadi ibu. Yang kedua, secara fisik, di usia itu tubuhnya belum siap untuk mengandung janin di dalam rahimnya," kata Nurhadi.

Di sisi lain, Nurhadi mengatakan ada dampak sosial yang bisa terjadi akibat pernikahan usia dini yang masih dianggap lazim di masyarakat.

"Di samping meningkatkan populasi di sebuah masyarakat, pernikahan usia dini itu sebenarnya juga akan membebani keluarga besarnya. Karena apa? umumnya mereka belum terlalu siap untuk mengasuh anak," ujar Nurhadi.

Baca juga: [VIDEO] Menyoal Tingginya Angka Pernikahan Dini di Masa Pandemi

"Sehingga mereka masih butuh bantuan dari orang lain, dalam hal ini keluarga besarnya. Entah dari ayahnya, kakeknya, neneknya, atau dari kerabat-kerabat yang lain. Itu barangkali akan mengurangi kemampuan keluarga untuk melakukan aktivitas produktif," imbuhnya.

Dalam jangka panjang, Nurhadi menilai hal ini akan berkontribusi pada menurunnya produktivitas di masyarakat. Karena ada beban yang harus mereka tanggung, dan mereka harus mengalokasikan sebagian waktu dan energinya untuk mengurus itu.

"Umumnya, mereka yang menikah dini itu akan kesulitan mendapat pekerjaan. Sehingga berpotensi menambah angka kemiskinan di sebuah masyarakat," kata Nurhadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com