Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Pelajaran Sejarah Akan Dihapus dari Kurikulum? Ini Kata Kemendikbud

Kompas.com - 19/09/2020, 12:20 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana melakukan penyederhanaan kurikulum pendidikan di Indonesia.

Rencana tersebut tertuang dalam draf sosialiasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional tanggal 25 Agustus 2020.

Disebutkan di dalamnya salah satunya adalah rencana penghapusan mata pelajaran sejarah bagi siswa-siswi di SMK.

Sementara pada pelajar SMA, sejarah akan dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan, sehingga sejarah bukan  lagi pelajaran wajib yang harus diambil oleh siswa-siswi.

Seperti diberitakan Harian Kompas, Jumat (18/9/2020), draf ini sudah beredar di kalangan akademisi dan para guru.

Namun, di hari yang sama Kemendikbud mengeluarkan siaran pers yang membantah bahwa pelajaran sejarah akan dihapuskan dalam kurikulum pendidikan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa 8,1 M Guncang Meksiko, 10.000 Orang Tewas

Dalam keterangan yang diunggah melalui laman resmi Kemendikbud itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud, Totok Suprayitno menegaskan pelajaran sejarah tetap ada dalam kurikulum. 

"Sejarah merupakan komponen penting bagi Indonesia sebagai bangsa yang besar sehingga menjadi bagian kurikulum pendidikan. Nilai-nilai yang dipelajari dalam sejarah merupakan salah satu kunci pengembangan karakter bangsa," kata Totok.

Pentingnya sejarah

Menanggapi wacana terkait pelajaran sejarah ini, Dosen Sejarah di Universitas Airlangga (Unair), Purnawan Basundoro menyebut sesungguhnya ada banyak manfaat dari pemberian materi sejarah di bangku pendidikan secara formal.

"Pertama, sejarah adalah persoalan identitas bangsa yang harus diketahui oleh seluruh generasi sampai kapanpun. Identitas itu adalah berbagai peristiwa penting yang terjadi pada proses terbentuknya bangsa Indonesia, yang berguna membentuk rasa bangga sebagai warga negara," sebut Purnawan saat dihubungi Sabtu (19//9/2020).

Manfaat kedua adalah sejarah berperan membentuk rasa nasionalisme dan kecitaan pada Tanah Air di dalam benak para generasi muda.

"Ketiga, dengan mempelajari sejarah maka kita akan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang telah terjadi. Jika peristiwa tersebut merugikan maka hindari agar tidak terjadi lagi pada masa depan, namun jika peristiwa tersebut baik jadikan lah sebagai landasan untuk berbuat yang lebih baik," ujar dia.

Baca juga: Viral Video Maba Unesa Dibentak Senior, Ini Sejarah Ospek di Indonesia

Transfer pengetahuan merata

Sebaliknya, apabila pelajaran sejarah dihilangkan dari kurikulum itu berarti tidak ada lagi proses transfer pengetahuan yang diberikan kepada para siswa melalui cara yang formal dan sistematis.

Meski sejarah bisa disampaikan dengan cara nonformal atau melalui media apa saja, namun Purnawan sangsi apabila pengetahuan ini tidak akan didapatkan secara merata oleh generasi muda.

"Jika tidak diberikan di sekolah, siapa yang menjamin bahwa setiap generasi akan suka rela mempelajarinya?" tanya dia.

Pemberian materi sejarah di dalam kelas menurut Purnawan menjadi cara untuk menjamin semua pelajar mendapatkan materi secara merata, sesuai dengan tingkat pendidikannya.

Apabila pelajaran sejarah Indonesia tidak diberikan, bukan tidak mungkin seorang anak tidak memiliki rasa cinta terhadap negaranya. 

Selain juga bisa tidak mengenal identitas bangsa sendiri dan memandang bangsa lain lebih tinggi dibandingkan Tanah Airnya sendiri.

"Mungkin saja (tidak memiliki nasionalisme dan cinta negara), karena tidak mengenali masa lalu negerinya," jelasnya.

 Baca juga: Sejarah Tato di Dunia: Bentuk Sanksi, Pengobatan, dan Seni

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com