“Tanpa mereka, akan jauh lebih sulit bagi kami,” kata kepala perawat Jamaika, Patricia Ingram-Martin.
Baca juga: IDI: Dokter Gardjito, Dokter ke-111 yang Gugur akibat Covid-19
Sementara itu, AS justru berusaha menjatuhkan Kuba. Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu pernah menyebut Kuba telah mengeksploitasi para dokternya.
Trump mengecam Havana, ibu kota Kuba, karena biasanya menahan 75 persen atau lebih dari apa yang dibayar negara tuan rumah untuk dokternya. Trump menyamakan itu dengan perdagangan manusia.
Human Rights Watch juga mengkritik apa yang disebut kondisi kerja represif, termasuk para dokter Kuba yang dilarang pulang ke rumah selama delapan tahun jika mereka membelot.
Para dokter Kuba mengatakan kepada Reuters bahwa meskipun mereka menginginkan kondisi yang lebih baik, misi itu memungkinkan mereka memperoleh penghasilan yang jauh lebih besar daripada gaji bulanan di negara asal mereka (Kuba).
Disebutkan mereka hanya mendapat gaji bulanan di Kuba sebesar 70-100 dollar AS atau kurang dari Rp 1,5 juta per bulan.
Di sisi lain, Kuba juga dinilai mampu mengendalikan pandemi virus corona di negara mereka di tengah segala keterbatasan ekonomi mereka.
Kuba melaporkan 4.726 kasus dan 108 kematian sejauh ini. Itu sepersepuluh dari rata-rata global per kapita.
Dengan total sekitar 11 juta penduduknya, Kuba dinilai lebih baik misalnya dari Bolivia atau Belgia yang memiliki perbandingan populasi hampir sama.
Baca juga: UPDATE: Bertambah 3.507, Kasus Covid-19 di Indonesia Mencapai 225.030
Sampai saat ini, Belgia mencatatkan 94.306 kasus infeksi dan 9.927 korban meninggal karena Covid-19.
Sementara Bolivia melaporkan 127.619 kasus infeksi dan 7.394 korban meninggal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.