Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral soal Balap Lari Liar di Medsos, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 15/09/2020, 13:45 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial baru-baru ini tengah diramaikan mengenai adanya fenomena balap lari liar yang terjadi di sejumlah daerah, tidak hanya di Jakarta.

Belum diketahui jelas motif dan alasan di balik fenomena tersebut.

Sebagai antisipasi, pihak kepolisian pun gencar melakukan patroli. Menurut pihak kepolisian, aksi balap lari liar ini tidak diperbolehkan karena kerap dilakukan tanpa izin dan menutup ruas jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas.

Bahkan ada sanksi pidana yang menanti bagi pihak-pihak yang turut serta dalam aksi balap lari liar tersebut.

Hal ini merujuk pada pasal 12 ayat 1 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

Baca juga: Viral, Video Juru Parkir di Medan Tendang dan Peras Pengendara Motor

Lantas, apa yang mendasari balap lari liar ini dan menjadi fenomena yang populer saat ini?

Pengajar Studi Antropologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung Budi Rajab mengungkapkan, fenomena balap lari ini berawal dari kelompok kecil yang kemudian meluas ke kelompok besar secara geografis.

Menurutnya ada sejumlah asalan yang mendasari fenomena tersebut.

"Di sini kan situasinya Covid, mungkin mereka menghadapi kebosanan dengan cara yang spontan biasanya permulaannya itu balap lari, tindakan itu dilakukan dan bisa dilihat orang," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (15/9/2020).

Mengenai ketertarikan orang lain atau masyarakat lintas daerah yang juga melakukan hal yang serupa, Budi mengungkapkan bahwa hal ini terjadi lantaran keterlibatan konstruksi sosial pada fenomena ini.

Ia menyampaikan, adanya hubungan interaksi dari orang yang melakukan balap lari.

Baca juga: Menilik Fenomena Masyarakat yang Nekat Ngemal dan Abaikan Protokol Kesehatan...

Ciri anak muda

Aksi balap lari pada malam hari dilakukan sekelompok anak muda di saat PSBB.Tangkapan Layar/INSTAGRAM Aksi balap lari pada malam hari dilakukan sekelompok anak muda di saat PSBB.

Menurut Budi, ada anggapan di kalangan pemuda bahwa balap lari liar itu lebih baik daripada mereka yang melakukan balap motor atau balap mobil.

Balap motor atau mobil, imbuhnya lebih berisiko dan hanya diikuti oleh kelas sosial tertentu.

"Kalau balap motor itu yang ikut ada yang menengah ke atas dan ada juga yang menengah ke bawah, untuk balap mobil yang khusus kelas atas semua, sementara kalau balap lari ini bisa diikuti oleh lintas kelas," kata dia.

Baca juga: Mengenang Ciputra, dari Atlet Lari, Begawan Properti hingga Kelola Institusi Pendidikan

Dengan adanya lintas kelas ini, Budi menambahkan, fenomena ini akan lebih mudah meluas karena bisa dilakukan oleh kelas sosial mana pun.

Selain itu, Budi mengatakan, adanya balap lari liar ini merupakan ciri sikap anak muda yang bertingkah laku sembarangan.

Hal ini didukung dengan rasa bosan yang mereka rasakan dan kemudian dilakukan tindakan spontan seperti balap lari liar ini.

"Ya memang anak muda itu sembarangan, melakukan balap liar di jalanan, itu mah spontan, bukan direncanakan, hanya ikut-ikutan saja," kata dia.

Baca juga: Lama Tidak Berolahraga, Apa Dampaknya?

Budi mengungkapkan bahwa tindakan ini bagus selama arahnya positif untuk kesehatan badan, apalagi di tengah pandemi.

Namun, hal yang perlu diperhatikan bagi pelaku balap lari yakni tetap menjaga jarak dan patuhi protokol kesehatan yang berlaku.

"Situasinya sedang Covid saja, stuasi kerumuman penonton saja, ini sembari dilakukan sosialisasi bagi pemerintah kepada masyarakat," imbuhnya.

Baca juga: Meninggal karena Menggunakan Masker Saat Olahraga, Benarkah Demikian?

Minta pemerintah dukung fasilitas balap lari

Ia mengatakan bahwa tindakan balap lari liar tersebut harus didukung oleh pemerintah.

Namun dengan syarat, pemerintah bisa memfasilitasi ruang lingkup mereka untuk berlatih atau melakukan aksinya itu.

"Ya baguslah menjadi olahraga (sport), daripada balap motor. Biasanya itu anak muda kalau membuat suatu acara yang berpengaruh biasanya yang agak 'menyimpang' seperti balap motor atau balap mobil," kata dia.

Baca juga: Amankah Olahraga Outdoor Selama Ada Wabah Virus Corona?

"Yang penting sekarang support dari pemerintah menyediakan tempat. Kan orang Indonesia kurang olahraga, justru tindakan ini bagus," klaim dia.

Patroli rutin

Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus mengatakan, pihaknya akan menggelar patroli secara berkala untuk membubarkan aksi balap lari liar.

Imbauan untuk rutin patroli telah disampaikan kepada seluruh Kapolres di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

Yusri menjelaskan, masyarakat yang menggelar aksi balap lari liar dapat dikenakan sanksi pidana jika tidak mematuhi aturan petugas.

Baca juga: Viral, Video Oknum Anggota Polisi di Maluku Pukul Pantat Warga yang Tak Gunakan Masker dengan Rotan

 

Terlebih jika balap tersebut dilakukan dengan taruhan yang mengarah dalam perjudian.

"Iya nanti kan kita lihat tingkat kesalahannya. Apalagi kalau mereka sampai menutup jalan nanti akan kita lakukan penindakan. Tapi tetap secara persuasif dan humanis dulu," ujarnya kepada wartawan, Senin (14/9/2020).

Sejauh ini, kata Yusri, masyarakat yang menggelar aksi balap lari liar itu langsung bubar ketika didatangai petugas.

Baca juga: Berikut Hukuman Anti-mainstream bagi Pelanggar PSBB, dari Menyapu hingga Jadi Relawan Pemakaman Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com