Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Kaji Tingkat Depresi Anak di China Saat Sekolah Ditutup

Kompas.com - 12/09/2020, 20:50 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Siswa sekolah dasar di China disebut banyak yang mengalami depresi saat sekolah-sekolah ditutup selama masa pandemi virus corona.

Hal tersebut berdasarkan sebuah studi yang diterbitkan Jama Network seperti dilansir dari CNNJumat (11/9/2020).

Studi ini membandingkan laporan kesehatan mental pada November 2019 sebelum pandemi hingga pertengahan Mei 2020 saat sekolah baru dibuka kembali.

Seperti diketahui, pada Januari 2020, Covid-19 mulai melanda China.

Saat itu, Kementerian Penddikan menunda semester musim semi hingga akhir April 2020.

Penutupan tersebut membuat anak-anak terpisah dari teman-temannya dan dari jaringan komunitas mereka yang tampaknya juga berdampak pada kesejahteraan mental mereka.

Baca juga: Saat Anak Merasakan Gejala atau Positif Covid-19, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Penelitian

Penelitian yang dilakukan Anhui Medical University itu melakukan survei terhadap 1.241 siswa yang duduk di kelas 4 hingga 8 dan sekolah menengah pertama.

Anak-anak tersebut tinggal di Chinzhou, Provinsi Anhui, yang merupakan daerah yang tidak memiliki banyak kasus Covid-19.

Hasilnya, hampir 25 persen siswa yang menjadi responden mengaku mengalami gejala depresi pada Mei 2020.

Sementara, pada November 2019 atau sebelum pandemi, sekitar 19 persen yang menunjukkan gejala.

Penelitian ini juga menyebutkan, upaya bunuh diri juga meningkat dua kali lipat. Pada November 2019, angkanya di kisaran 3 persen, sementara pada Mei 2020 sebesar 6,4 persen.

Demikian pula kondisi kecemasan yang dilaporkan meningkat. 

Para peneliti berharap agar para pemimpin sekolah menggunakan penelitian tersebut untuk mempersiapkan layanan kesehatan mental untuk membantu anak-anak saat mereka kembali ke sekolah.

Studi ini dinilai konsisten dengan penelitian lain yang menemukan bahwa isolasi sosial yang dipaksakan dapat menyebabkan tantangan kesehatan mental bagi anak-anak.

Baca juga: Studi: Virus Corona Terdeteksi pada Anak-Anak Selama Berminggu-minggu

Manfaat tatap muka dinilai lebih besar dibanding risiko virus

Ilustrasi anak dengan Covid-19 di masa pandemi virus coronaShutterstock Ilustrasi anak dengan Covid-19 di masa pandemi virus corona
Sebelumnya, American Academy of Pediatrics (AAP) mendorong para pemerintah negara bagian AS agar siswa dapat hadir secara fisik di ruang kelas dibandingkan melanjutkan pembelajaran jarak jauh demi kesejahteraan anak.

Kelompok yang mewakili dan membimbing dokter anak di AS itu pada Juni 2020 memperbarui rekomendasi mereka.

Mereka mengatakan, bukti menunjukkan manfaat akademis, mental, dan fisik dari pembelajaran langsung lebih besar dibandingkan risiko virus corona.

“AAP sangat menganjurkan bahwa semua pertimbangan kebijakan untuk tahun ajaran mendatang harus dimulai dengan tujuan agar siswa hadir secara fisik di sekolah," kata AAP dalam keterangan resminya.

Pembelajaran tatap muka dinilai penting dan menyatakan ada bukti dampak negatif mengenai penutupan sekolah pada anak-anak.

Dampak itu di antaranya, masalah sosial, karena ada yang tidak didukung oleh layanan penunjang sehingga pembelajaran kurang efektif untuk mereka.

Selain itu, risiko pelecehan fisik, atau seksual serta penggunaan narkoba, depresi dan keinginan bunuh diri dapat muncul.

Mengutip CNN, 30 Juni 2020, AAP juga menyebutkan, anak-anak cenderung tidak menjadi sangat sakit jika dibandingkan orang dewasa.

Akan tetapi, dalam keterangannya, AAP tetap mencantumkan rekomendasi khusus penanganan di sekolah berdasarkan tingkat kelas yang berbeda.

Misalnya, sekolah Pra-Taman Kanak-kanak harus fokus pada kebersihan tangan, pengelompokan kelas untuk meminimalkan persilangan antara anak-anak dan orang dewasa.

AAP juga memberikan rekomendasi agar sebisa mungkin memanfaatkan ruang di luar ruangan.

Selain itu, menurut mereka, penutup wajah atau jarak fisik prioritasnya rendah pada anak-anak usia pra TK karena strategi tersebut mungkin lebih sulit diterapkan.

Akan tetapi, pada sekolah menengah atas, menggunakan masker dan jaga jarak 6 kaki perlu dipertahankan.

Baca juga: Sakit Perut Bisa Jadi Gejala Awal Virus Corona pada Anak-anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com