Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

463 Juta Anak di Dunia Disebut Alami Kesulitan Akses Pembelajaran Jarak Jauh

Kompas.com - 28/08/2020, 13:22 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - The United Nations Children's Fund (UNICEF) melaporkan, sekitar 463 juta anak-anak tidak mendapatkan akses pembelajaran jarak jauh yang memadai di tengah pandemi virus corona.

Berdasarkan data UNICEF, siswa di seluruh dunia yang tercatat tidak dapat mengakses pendidikan virtual yakni:

  • 67 juta anak di Afrika Timur dan Selatan
  • 54 juta anak di Afrika Barat dan Tengah
  • 80 juta anak di Pasifik dan Asia Timur
  • 37 juta anak di Timur Tengah dan Afrika Utara
  • 147 juta anak di Asia Selatan
  • 13 juta anak di Amerika Latin dan Karibia.

Selama masa pandemi Covid-19, hampir semua negara memberlakukan pembelajaran jarak jauh untuk mencegah penularan virus corona.

Dilansir dari Aljazeera, Jumat (28/8/2020), Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore mengatakan, setidaknya sepertiga dari anak sekolah di dunia kekurangan peralatan atau akses elektronik yang memungkinkan mereka untuk mengejar pendidikan jarak jauh.

Menurut dia, hal ini termasuk keadaan darurat pendidikan global.

"Banyaknya anak-anak yang pendidikannya benar-benar terganggu selama berbulan-bulan merupakan keadaan darurat pendidikan global," ujar Fore.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh Risiko Anak Tertular Virus Corona, Ini Alasannya!

"Dampaknya bisa dirasakan pada bidang ekonomi dan masyarakat selama beberapa dekade mendatang," lanjut dia.

Diketahui, pandemi corona telah menyebabkan pengaruh terbesar terhadap pendidikan dalam sejarah.

Sebab, sekolah-sekolah mengalami penutupan di 160 negara pada pertengahan Juli 2020. Penutupan sekolah ini berpengaruh pada sekitar 1,5 miliar siswa.

Sementara itu, sebuah laporan baru yang dirilis oleh Save the Children, menyebutkan, hampir 10 juta anak diperkirakan tidak akan kembali ke sekolah lantaran pemotongan anggaran yang besar dan meningkatnya kemiskinan karena dampak pandemi.

Dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus, banyak negara beralih ke pembelajaran online.

Tetapi, ada yang beranggapan bahwa tindakan pembelajaran online hanya memperlebar kesenjangan pembelajaran antara anak-anak dari keluarga kaya dan miskin.

Baca juga: 338.000 Anak Terpapar Covid-19 di AS, Ini Temuan Baru soal Virus Corona pada Anak

Perbedaan lokasi siswa

Laporan UNICEF berjudul The Remote Learning Reachability juga menggarisbawahi mengenai perbedaan geografis yang kontras dalam akses pendidikan jarak jauh dengan dampak yang jauh lebih sedikit di Eropa, misalnya, dibandingkan di Afrika atau sebagian Asia.

Laporan itu menggunakan analisis yang yang merepresentasikan kondisi global dalam hal ketersediaan teknologi dan perangkat penunjang pembelajaran di rumah bagi anak-anak sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menegah atas (SMA).

Dikutip dari situs resmi UNICEF, laporan tersebut didasarkan pada data yang dikumpulkan dari sekitar 100 negara dengan mengukur akses publik ke internet, televisi, dan radio.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com