KOMPAS.com - Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama (88), meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/8/2020).
Jenazah rencananya dibawa ke tempat persemayaman di Gedung Kompas Gramedia.
Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931.
Ia mengawali kariernya pertama kali menjadi seorang guru Kemudian, memilih jalan sebagai wartawan dan mendirikan jaringan media Kompas Gramedia bersama rekannya, PK Ojong.
Baca juga: Humanisme dan Prinsip Moderasi Jakob Oetama dalam Membangun Kompas Gramedia
Menurut Redaktur Kompas (1965-1976), Indra gunawan, PK Ojong dan Jakob Oetama bukan hanya pendiri, tetapi telah menjadi figur publik.
"Secara bersama, mereka adalah pemimpin yang mengedepankan 'seni mendengar' (art of listening), rendah hati, sederhana, menjunjung tinggi pers bebas independen tetapi bertanggung jawab," tulisnya dalam Harian Kompas, Sabtu (27/9/2019).
Berbeda dengan PK Ojong yang lebih "hangat", lebih disipliner dan prosedural, Jakob Oetama lebih "sejuk", lebih ngemong, dan opsional.
Indra menggambarkan Jakob Oetama sebagai orang dengan jangkauan vokal (vocal range) yang lebar.
"Ia mudah bergerak naik turun oktaf dari bas ke tenor dan sebaliknya. Ini sekadar metafora," sebutnya.
Sebagai pemimpin redaksi dan CEO, Jakob Oetama dapat berkomunikasi dengan berbagai kalangan.
Namun, bukan berarti ia tak punya pendirian atau pemihakan, tetapi ia berusaha memahami orang dengan berbagai sudut pandang serta tingkah laku.
Baca juga: Tutup Usia, Berikut Profil dan Perjalanan Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama
Untuk sejumlah hal, ia melihat kebenaran sebagai masalah derajat saja (truth is a matter of degree), "lebih benar" atau "kurang benar".
"Bukan berarti tidak ada yang 'sepenuhnya salah'. Tentu saja ada, seperti kejahatan terhadap kemanusiaan atau korupsi, misalnya," kata Indra.
Dengan sifatnya yang seperti itu, Jakob mudah diterima di berbagai kalangan masyarakat. Sengaja atau tidak sengaja, ia ditempatkan sebagai "juru damai" untuk berbagai persoalan, tentunya juga di internal.
Mengutip Harian Kompas, Kamis (29/9/2016), Jakob Oetama mengembangkan nilai-nilai jurnalisme yang relevan dengan perkembangan zaman.