Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Covid-19, Resesi Ekonomi, dan Perubahan Budaya Kerja

Kompas.com - 29/08/2020, 18:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut ILO, teleworking seharusnya dilakukan dalam kesepakatan sukarela antara majikan dan karyawan.

Selain, menyetujui lokasi pekerjaan (di rumah karyawan atau di tempat lain) ada beberapa aspek lainnya yang perlu diperjelas yaitu cara kerja, jam atau jadwal, alat komunikasi yang digunakan, deadline pekerjaan, mekanisme pengawasan dan pengaturan untuk pelaporan pekerjaan yang dilakukan.

Teleworking sebelum pandemi

ILO (2020:2) menyatakan sebelum pandemi Covid-19, hanya sebagian kecil dari angkatan kerja global yang bekerja dari rumah.

Di Uni Eropa (UE) misalnya, jumlah karyawan yang berkerja reguler atau sesekali (dari rumah atau dari ponsel cerdas) bervariasi.

Lebih dari 30 persen terdapat di Denmark, Belanda, dan Swedia. Sementara itu, sekitar 10 persen di Republik Ceko, Yunani, Italia, dan Polandia.

Beberapa studi mengungkapkan, sekitar 2 persen dari angkatan kerja Amerika Serikat (AS) secara teratur atau sesekali bekerja dari rumah atau lokasi alternatif lain, 16 persen di Jepang, dan hanya 1,6 persen di Argentina.

Namun, ketika Covid-19 merebak, dunia usaha mengalah, mewajibkan para pekerjanya bekerja dari jarak jauh atau dari rumah.

Setelah pandemi

ILO (2020) mencatat, per akhir Maret 2020 sekitar 4 dari 10 karyawan di Eropa mulai teleworking.

Di Finlandia, hampir 60 persen karyawan beralih bekerja dari rumah. Di Luksemburg, Belanda, Belgia, dan Denmark, lebih dari 50 persen, sedangkan di Irlandia, Austria, Italia, dan Swedia, sekitar 40 persen karyawan melakukan teleworking.

Perlu dicatat, bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19, berbeda dengan teleworking dalam kondisi normal.

Teleworking selama pandemi Covid-19 jauh lebih menantang karena bersifat wajib, bukan sukarela, dan penuh waktu, bukan paruh waktu atau sesekali.

Survei yang dilakukan atas para karyawan yang bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19 mengungkapkan, bahwa ada pengalaman positif dengan bekerja dari rumah.

Dampak positif

Menurut Gutierrez, bekerja dari rumah menimbulkan dampat positif dan negatif sekaligus. Positifnya, dengan memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah, perusahaan berhasil menciptakan budaya kerja yang efisien, dan berhasil menurunkan beberapa biaya seperti listrik dan alat tulis kantor.

Selain itu, para karyawan dapat menjaga keseimbangan hidup profesional dan personal, termasuk tanggung jawab atas keluarganya, secara lebih efektif.

Selain menghemat waktu (tak perlu melakukan perjalanan ke kantor), fleksibel (tidak begantung pada jumlah jam dan jadwal) dan bisa berpakaian secara kasual, dengan bekerja dari rumah para karyawan dapat meningkatkan konsentrasi sehingga bisa lebih produktif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com