Selama ini, Indonesia masih mengacu pada data negara lain untuk gejala dan komorbidilitas.
"Walaupun sejauh ini cukup relevan, antara data yang di luar negeri dengan kasus di Indonesia, namun alangkah baiknya jika kita bisa melakukan profiling Covid-19 di Indonesia," kata Elina.
Dengan adanya profiling akan diketahui komorbid yang khas Indonesia. Selain itu, dengan adanya data gejala yang lengkap, maka akan sangat membantu dokter-dokter spesialis dalam melakukan penanganan.
"Waktu itu pernah ada kejadian di New York City, anak dibawa ke dokter kulit dengan gejala ruam di telapak kakinya, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata anak itu positif Covid-19, kata Elina.
Ia mengatakan, data komorbid bisa juga diketahui komorbid atau penyakit penyerta yang khas Indonesia.
"Mungkin di Indonesia komorbidnya karena penyakit jantung, atau karena kebiasaan merokok, misalnya begitu," kata Elina.
Baca juga: Lagi, Studi Awal Tunjukkan Vaksin BCG Turunkan Angka Kematian Corona
Beberapa waktu lalu, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, saat dikonfirmasi, membenarkan bahwa data yang ditampilkan pada laman covid19.go.id baru sekian persen.
Ada beberapa alasan mengapa data yang tersaji masih sangat minim.
Pertama, karena fasilitas kesehatan yang merawat pasien belum mengisi data pasien secara lengkap. Kedua, pasien memang tidak memiliki komorbid.
Pekan lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga memberikan beberapa catatan soal kasus Covid-19 di Indonesia, termasuk soal kematian.
Dalam laporan WHO, disebutkan bahwa kematian pasien dalam pengawasan (PDP) jauh lebih tinggi dibandingkan kematian karena Covid-19. Hal ini terjadi di seluruh pulau Jawa kecuali di Jawa Barat.
"Ada peningkatan besar dalam kematian PDP di Jawa Timur selama seminggu terakhir," demikian laporan WHO.
WHO menyebutkan, data ini bersifat sementara. Hanya beberapa provinsi yang melaporkan data kematian PDP dan ODP.
WHO menilai, kemungkinan ada perbedaan dalam jumlah kematian dari kasus Covid-19 yang dikonfirmasi antara sumber data nasional dan provinsi.
Baca juga: Kasus Corona di Dunia Mencapai 11,8 Juta, Satu Kematian Tiap 18 Detik