Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengumumkan bahwa 17 vaksin potensial sedang dalam uji coba manusia dengan 132 dalam fase praklinis.
Menurut WHO, AstraZeneca, yang mendukung uji coba vaksin Universitas Oxford, CanSino di China, dan Moderna yang berbasis di AS adalah di antara yang terdepan dengan hasil lab yang menjanjikan.
Vaksin Oxford dilaporkan sebagai yang paling maju karena saat ini dalam uji coba fase 3. Untuk fase ini, sudah ada lebih dari 10.000 relawan yang mendaftarkan diri.
Hasil awal menemukan uji coba itu aman dan efektif dalam dosis kondisi darurat dan siap untuk pengembangan pada Oktober.
Militer China telah mendapat lampu hijau untuk menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh tim peneliti dan CanSino Biologics.
Perusahaan bioteknologi Amerika, Moderna, akan memulai tahap ketiga percobaan manusia akhir bulan ini dengan 30.000 sukarelawan.
Baca juga: Dua Kandidat Vaksin Corona Terdepan Versi WHO, Apa Saja?
Jika uji coba ini berhasil, Moderna mengatakan, pihaknya berharap untuk menyiapkan dosis pada awal 2021.
National Institutes of Health, yang mendukung vaksin Moderna, mengatakan, vaksin ini diperkirakan akan 80-90 persen berhasil.
Melansir Stat News, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech memacu respons kekebalan pada pasien yang sehat, tetapi juga menyebabkan demam dan efek samping lainnya, terutama pada dosis yang lebih tinggi.
"Kami sedang menguji kandidat lain. Namun, apa yang dapat kami katakan pada titik ini adalah ada kandidat yang layak berdasarkan pada imunogenisitas dan data keselamatan yang dapat ditoleransi lebih awal," ujar Dormitzer.
Penelitian secara acak dilakukan pada 45 pasien yang mendapatkan satu dari tiga dosis vaksin atau plasebo.
Sebanyak 12 pasien menerima dosis 10 mikrogram, 12 pasien dosis 30 mikrogram, 12 pasien dosis 100 mikrogram, dan sembilan plasebo.
Dosis 100 mikrogram menyebabkan demam pada setengah dari pasien, sementara dosis kedua tidak diberikan pada tingkat itu.
Baca juga: Mengenal 2 Kandidat Terkuat Vaksin Virus Corona Versi WHO dari Astrazeneca dan Moderna
Setelah injeksi kedua, tiga minggu kemudian dari dosis lain. Sebanyak 8,3 persen dari peserta uji coba dalam kelompok 10 mikrogram mengalami demam. Demikian pula 75 persen dari kelompok 30 mikrogram.
Lebih dari 50 persen pasien yang menerima salah satu dari dosis tersebut melaporkan beberapa jenis efek samping termasuk demam dan gangguan tidur.