Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Coba Vaksin Virus Corona Ini Menunjukkan Perkembangan Positif

Kompas.com - 02/07/2020, 17:16 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengumumkan bahwa 17 vaksin potensial sedang dalam uji coba manusia dengan 132 dalam fase praklinis.

Menurut WHO, AstraZeneca, yang mendukung uji coba vaksin Universitas Oxford, CanSino di China, dan Moderna yang berbasis di AS adalah di antara yang terdepan dengan hasil lab yang menjanjikan.

Vaksin Oxford dilaporkan sebagai yang paling maju karena saat ini dalam uji coba fase 3. Untuk fase ini, sudah ada lebih dari 10.000 relawan yang mendaftarkan diri. 

Hasil awal menemukan uji coba itu aman dan efektif dalam dosis kondisi darurat dan siap untuk pengembangan pada Oktober.

Militer China telah mendapat lampu hijau untuk menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh tim peneliti dan CanSino Biologics.

Perusahaan bioteknologi Amerika, Moderna, akan memulai tahap ketiga percobaan manusia akhir bulan ini dengan 30.000 sukarelawan.

Baca juga: Dua Kandidat Vaksin Corona Terdepan Versi WHO, Apa Saja?

Jika uji coba ini berhasil, Moderna mengatakan, pihaknya berharap untuk menyiapkan dosis pada awal 2021.

National Institutes of Health, yang mendukung vaksin Moderna, mengatakan, vaksin ini diperkirakan akan 80-90 persen berhasil. 

Melansir Stat News, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech memacu respons kekebalan pada pasien yang sehat, tetapi juga menyebabkan demam dan efek samping lainnya, terutama pada dosis yang lebih tinggi.

"Kami sedang menguji kandidat lain. Namun, apa yang dapat kami katakan pada titik ini adalah ada kandidat yang layak berdasarkan pada imunogenisitas dan data keselamatan yang dapat ditoleransi lebih awal," ujar Dormitzer.

Penelitian secara acak dilakukan pada 45 pasien yang mendapatkan satu dari tiga dosis vaksin atau plasebo.

Sebanyak 12 pasien menerima dosis 10 mikrogram, 12 pasien dosis 30 mikrogram, 12 pasien dosis 100 mikrogram, dan sembilan plasebo.

Dosis 100 mikrogram menyebabkan demam pada setengah dari pasien, sementara dosis kedua tidak diberikan pada tingkat itu.

Baca juga: Mengenal 2 Kandidat Terkuat Vaksin Virus Corona Versi WHO dari Astrazeneca dan Moderna

Setelah injeksi kedua, tiga minggu kemudian dari dosis lain. Sebanyak 8,3 persen dari peserta uji coba dalam kelompok 10 mikrogram mengalami demam. Demikian pula 75 persen dari kelompok 30 mikrogram.

Lebih dari 50 persen pasien yang menerima salah satu dari dosis tersebut melaporkan beberapa jenis efek samping termasuk demam dan gangguan tidur.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

Tren
Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Tren
7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com