Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Uang Koin Seribu Rupiah, Bagaimana Peluang Usaha Uang Kuno?

Kompas.com - 19/06/2020, 19:46 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini viral uang logam pecahan Rp 1.000 cetakan tahun 1993 dijual di marketplace dengan harga fantastis.

Di salah satu marketplace uang tersebut dijual dengan harga belasan juta hingga Rp 100 juta.

Di tengah pandemi, banyak orang kehilangan pekerjaan atau dirumahkan. Sehingga perlu mempertimbangkan untuk mencoba usaha baru.

Lalu, bagaimana peluang usaha uang kuno?

Prospektif

Menurut kolektor uang lama atau numismatik Nazym Otie Kusardi mengatakan peluang usaha di bidang ini sangat baik.

"Peluangnya sangat baik karena semestinya barang koleksi setiap tahun ada kenaikan sedikit atau banyak tergantung barang dan demand-nya," ujarnya pada Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

Meskipun cukup prospektif, Nazym mengatakan perlu kejelian untuk menilai mana yang laris dan tidak. Jika uang kuno tersebut banyak jumlahnya di pasaran, maka harganya dapat turun.

Baca juga: Unggahan Viral Uang Koin Kelapa Sawit Dijual hingga Rp 100 Juta, Apa Memang Istimewa?

Nazym menyebut, baik uang kertas kuno dan uang logam kuno ada penggemarnya masing-masing.

Uang logam dijual dari harga ratusan rupiah hingga ratusan juta rupiah. Dia tak dapat menyebutkan angka pastinya karena banyak sekali jenis uang kuno.

Macam-macam uang kuno tersebut bisa dijual online maupun lewat pameran-pameran offline.

Nazym mengatakan orang-orang yang menjual uang kuno biasanya memperolehnya dari koleksi pribadi. Ada juga yang didapat dari sesama kolektor dan orang awam.

Menambah pengetahuan

Nazym mengaku, dengan berjualan uang kuno, tak hanya keuntungan materiil yang didapat. Akan tetapi, para penjual juga bisa mendapat pengetahuan dan sejarah.

"Uang kuno pasti berhubungan dengan sejarah dan semakin kita tahu sejarahnya semakin tertarik kita dengan uang kuno karena ceritanya banyak, menarik, dan merupakan sisipan negara bangsa yang kadang belum terungkap," kata Nazym.

Sayangnya, menurutnya dengan ramainya uang logam pecahan Rp 1.000 baru-baru ini, tidak menunjukkan adanya peningkatan penjualan.

"Yang ada banyak orang mau jual dengan harga yang diviralkan alias ngawur atau sekadar hanya untuk memastikan saja," katanya.

Dia juga mengatakan viralnya uang tersebut tidak tepat dan membuat repot para kolektor atau penjual uang kuno.

Nazym menjelaskan semua usaha pasti ada peluangnya. Tergantung dari masing-masing, bagaimana mengambil posisi dan melakukan usaha tersebut.

Baca juga: Viral Uang Koin Sawit Dijual Rp 100 Juta, Kolektor Bilang Mustahil

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com