KOMPAS.com - Selama tiga hari berturut-turut, Iran mencatatkan penambahan kasus harian yang tinggi.
Selama tiga hari itu, angka kasus harian dilaporkan lebih dari 3.000 kasus. Bahkan pada 4 Juni rekor kasus harian tertinggi yaitu 3.574 kasus positif.
Melihat grafik pada worldometers, Iran sedang menghadapi serangan gelombang kedua virus corona.
Kasus infeksi di Iran sempat mengalami penurunan sejak 1 April hingga 2 Mei. Namun sejak awal Mei itu kasus infeksi kembali melonjak.
Total kasus inveksi virus corona yang dilaporkan di Iran sebanyak 167.156 kasus. Jumlah korban meninggal 8.134 kasus dan yang sembuh 129.741 orang.
Baca juga: Update Virus Corona Dunia 5 Juni: 6,6 Juta Orang Terinfeksi | Iran Bersiap Hadapi Gelombang Kedua
Kembali melonjaknya kasus di Iran menurut para ahli dipengaruhi oleh kembali melonggarnya jarak sosial di negara itu.
Warga mengabaikan larangan untuk pergi ke Iran utara yang dinilai sebagai zona merah untuk liburan dan merayakan Idul Fitri.
Dikutip dari BBC, sejak awal April, pemerintah Iran juga telah berusaha membuka kembali bisnis, sekolah, dan situs-situs keagamaan, dan menghidupkan kembali ekonomi.
Akhir pekan lalu, itu memungkinkan semua pegawai negeri untuk kembali bekerja dan masjid-masjid kembali melakukan sholat setiap hari.
Namun, langkah tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat kesehatan.
"Orang-orang tampaknya berpikir corona sudah berakhir. Padahal wabah belum berakhir dan kapan saja mungkin akan kembali lebih kuat dari sebelumnya," ujar Menteri Kesehatan Saeed Namaki, Selasa (2/6/2020).
"Jika orang-orang kita gagal menghormati protokol kesehatan ... kita harus mempersiapkan diri kita untuk situasi terburuk," tambahnya.
Baca juga: Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Iran Buka Kembali Masjid untuk Umum
Menurut Departemen Kesehatan, kepatuhan terhadap peraturan sosial telah turun dari 90 menjadi 40 persen saja di kota-kota besar seperti Teheran.
Jumlah orang yang percaya pada isolasi diri turun dari 86 persen hanya tingga 32 persen.
Sebagian besar orang bahkan menggunakan transportasi umum tanpa masker.
"Jujur saja, itu menakutkan dan kami tampaknya tidak sepenuhnya memahami gawatnya situasi," ujar Mohammad Taala, yang bekerja di sebuah universitas swasta di Teheran kepada Anadolu Agency (5/6/2020).
Namaki bahkan harus meminta warga Iran untuk mematuhi aturan jarak sosial, serta memperingatkan bahwa kelalaian dapat menjadi harga yang mahal.
Selain juga membatalkan semua kerja keras yang dilakukan selama tiga bulan terakhir.
"Orang-orang, kasihanilah kami (pejabat), mari kita kasihanilah diri kami sendiri, para pejabat pemerintah mulai lelah," kata Namaki.
Beberapa rumah sakit di Teheran seperti Rumah Sakit Imam Khomeini dan Rumah Sakit Masih Daneshvari telah melaporkan peningkatan jumlah pasien yang datang dalam beberapa minggu terakhir, menambah beban dokter dan perawat.
Baca juga: Benarkah Manusia Pertama yang Mengelilingi Dunia Berasal dari Maluku?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.