Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Kedua Corona Iran: 3 Hari Berturut-turut Laporkan 3.000 Kasus

Kompas.com - 05/06/2020, 20:19 WIB
Rizal Setyo Nugroho

Penulis

KOMPAS.com - Selama tiga hari berturut-turut, Iran mencatatkan penambahan kasus harian yang tinggi.

Selama tiga hari itu, angka kasus harian dilaporkan lebih dari 3.000 kasus. Bahkan pada 4 Juni rekor kasus harian tertinggi yaitu 3.574 kasus positif.

Melihat grafik pada worldometers, Iran sedang menghadapi serangan gelombang kedua virus corona.

Melonjak sejak Mei

Kasus infeksi di Iran sempat mengalami penurunan sejak 1 April hingga 2 Mei. Namun sejak awal Mei itu kasus infeksi kembali melonjak.

Total kasus inveksi virus corona yang dilaporkan di Iran sebanyak 167.156 kasus. Jumlah korban meninggal 8.134 kasus dan yang sembuh 129.741 orang.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 5 Juni: 6,6 Juta Orang Terinfeksi | Iran Bersiap Hadapi Gelombang Kedua

Kembali melonjaknya kasus di Iran menurut para ahli dipengaruhi oleh kembali melonggarnya jarak sosial di negara itu.

Warga mengabaikan larangan untuk pergi ke Iran utara yang dinilai sebagai zona merah untuk liburan dan merayakan Idul Fitri.

Dikutip dari BBC, sejak awal April, pemerintah Iran juga telah berusaha membuka kembali bisnis, sekolah, dan situs-situs keagamaan, dan menghidupkan kembali ekonomi.

Akhir pekan lalu, itu memungkinkan semua pegawai negeri untuk kembali bekerja dan masjid-masjid kembali melakukan sholat setiap hari.

Namun, langkah tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat kesehatan.

"Orang-orang tampaknya berpikir corona sudah berakhir. Padahal wabah belum berakhir dan kapan saja mungkin akan kembali lebih kuat dari sebelumnya," ujar Menteri Kesehatan Saeed Namaki, Selasa (2/6/2020).

"Jika orang-orang kita gagal menghormati protokol kesehatan ... kita harus mempersiapkan diri kita untuk situasi terburuk," tambahnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Iran Buka Kembali Masjid untuk Umum

Kepatuhan menurun

Kasus gelombang kedua corona di Iranscreenshoot Kasus gelombang kedua corona di Iran

Menurut Departemen Kesehatan, kepatuhan terhadap peraturan sosial telah turun dari 90 menjadi 40 persen saja di kota-kota besar seperti Teheran.

Jumlah orang yang percaya pada isolasi diri turun dari 86 persen hanya tingga 32 persen.

Sebagian besar orang bahkan menggunakan transportasi umum tanpa masker.

"Jujur saja, itu menakutkan dan kami tampaknya tidak sepenuhnya memahami gawatnya situasi," ujar Mohammad Taala, yang bekerja di sebuah universitas swasta di Teheran kepada Anadolu Agency (5/6/2020).

Namaki bahkan harus meminta warga Iran untuk mematuhi aturan jarak sosial, serta memperingatkan bahwa kelalaian dapat menjadi harga yang mahal.

Selain juga membatalkan semua kerja keras yang dilakukan selama tiga bulan terakhir.

"Orang-orang, kasihanilah kami (pejabat), mari kita kasihanilah diri kami sendiri, para pejabat pemerintah mulai lelah," kata Namaki.

Beberapa rumah sakit di Teheran seperti Rumah Sakit Imam Khomeini dan Rumah Sakit Masih Daneshvari telah melaporkan peningkatan jumlah pasien yang datang dalam beberapa minggu terakhir, menambah beban dokter dan perawat.

Kasus covid-19 di Iranscreenshoot Kasus covid-19 di Iran

Baca juga: Benarkah Manusia Pertama yang Mengelilingi Dunia Berasal dari Maluku?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com