Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Foto Bukit Alas Bandawasa Bogor, New Normal, dan Imbauan Kemenparekraf...

Kompas.com - 04/06/2020, 13:07 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan menampilkan dua foto berisi kondisi Bukit Alas Bandawasa di Bogor yang dipenuhi wisatawan viral di media sosial Twitter pada Minggu (31/5/2020).

Adapun pengunggah foto yakni akun Twitter bernama pendakilawas, @pendaki lawas.

"Eh udah pada camping aja nehh. Lok : Bukit Alas Bandawasa, Bogor, Hari ini," tulis akun @pendakilawas dalam twitnya.

Baca juga: Viral Video Kecelakaan Tunggal di Tol Pemalang-Batang, Mobil Ditembus Besi Pembatas Jalan

Diketahui, tindakan camping itu dilakukan di tengah pandemi corona di mana penularannya mudah terjadi antar manusia.

Hingga Rabu (3/6/2020), twit tersebut telah di-retwit sebanyak 4.300 kali dan telah disukai sebanyak lebih dari 17.700 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Viral, Video Motor Terbakar karena Disemprot Disinfektan, Bagaimana Bisa?

Lalu, bagaimana tanggapan dan imbauan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terkait kondisi tersebut?

Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf Agustini Rahayu menyampaikan, masyarakat harus melihat terlebih dahulu arahan dari pemerintah daerah masing-masing.

"Berwisata memang telah diperkirakan menjadi salah satu kegiatan yang akan banyak dilakukan masyarakat pasca-pandemi. Namun, untuk melakukan, masyarakat harus melihat lebih dulu arahan dari pemerintah daerah masing-masing soal kesiapan daerah dan destinasi," ujar Ayu saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/6/2020).

Terkait kejadian membeludaknya orang-orang untuk berwisata alam, sehingga menimbulkan kerumunan, Ayu menyampaikan bahwa persiapan protokol new normal atau kenormalan baru pariwisata telah disusun.

Baca juga: New Normal, Naik Roller Coaster di Jepang Kini Dilarang Teriak

Penerapan protokol kesehatan di kawasan wisata

Menurutnya, dalam protokol kesehatan yang baru nantinya akan fokus pada penerapan tiga faktor utama yakni kebersihan, kesehatan, dan keamanan, termasuk pedoman dalam manajemen pengaturan wisatawan.

"Protokol ini akan melalui beberapa tahapan lebih dulu sebelum mulai diterapkan, mulai dari melakukan simulasi, lalu sosialisasi dan publikasi kepada publik, dan yang terakhir melakukan uji coba," kata dia.

Kemudian, baru akan diterapkan saat suatu daerah telah dinyatakan siap.

Baca juga: Viral, Video Perempuan Taruh Siput di Wajah untuk Kecantikan, Ini Penjelasan Dokter

Adapun pelaksanaan tahapan-tahapan ini harus diawasi dengan ketat dan disiplin serta mempertimbangkan kesiapan daerah.

"Nantinya pemerintah daerah dan pengelola wisata dapat menyelaraskan dengan protokol yang disiapkan Kemenparekraf," katanya lagi.

Ia menambahkan, pihaknya menekankan bahwa dibukanya destinasi dilihat dari kesiapan daerah masing-masing dan Kemenparekraf terus berkoordinasi dengan Gugus Tugas dan Kepala Daerah masing-masing wilayah.

"Kesiapan daerah dan dukungan dari para pelaku industri dan ekonomi kreatif merupakan salah satu faktor utama dalam pelaksanaan protokol kenormalan baru ini," imbuhnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Zona Hitam di Surabaya dan Mengapa Bisa Terjadi?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Syarat Pengurusan SIKM Wilayah DKI Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com