KOMPAS.com - Sejak kasus pertama diumumkan pada awal Maret lalu, Indonesia masih terus berjuang dalam memerangi dan menurunkan angka infeksi Covid-19.
Beragam kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus, seperti larangan mudik dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Awal bulan ini, Presiden Joko Widodo telah memaparkan targetnya untuk menurunkan angka infeksi virus corona pada Mei.
"Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai, sesuai dengan target yang kita berikan, yaitu kurvanya sudah harus turun, dan masuk posisi sedang di Juni. Di Juli harus masuk posisi ringan dengan cara apa pun," kata Jokowi, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 6 Mei 2020.
Baca juga: Berikut Panduan Lengkap Kegiatan Keagamaan di Tempat Ibadah Selama Pandemi Corona
Menurutnya, target itu tidak akan tercapai tanpa kerja sama dari semua pihak, bukan hanya Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Masyarakat pun, kata Jokowi, harus ikut andil dalam pencapaian target itu dengan cara disiplin dan menerapkan protokol keseharan.
"Itu dilakukan tidak hanya oleh Gugus Tugas, tapi melibatkan seluruh elemen bangsa, jajaran pemerintahan, organisasi sosial kemasyarakatan, relawan, parpol, dan swasta. Ini harus diorkestrasi dengan baik," terang dia.
Baca juga: Simak, Berikut Panduan Belajar dari Rumah Sesuai Edaran Kemendikbud
Memasuki hari terakhir di bulan Mei, Indonesia sejauh ini memiliki 25.773 kasus infeksi virus corona.
Dibandingkan akhir April, Indonesia saat itu melaporkan kasus infeksi sebanyak 10.118.
Artinya, ada penambahan lebih dari 15.000 kasus infeksi selama bulan Mei. Angka itu lebih tinggi dari angka infeksi selama April yang mencapai 9.000 kasus.
Dengan demikian, Indonesia terus mengalami peningkatan kasus infeksi bulanan sejak pertama kali dikonfirmasi pada Maret.
Bulan Mei yang diharapkan Jokowi akan mengalami penurunan kurva pun justru menjadi yang tertinggi selama tiga bulan terakhir.
Baca juga: Gejala Covid-19 pada Anak Mirip Penyakit Kawasaki Muncul di AS
Bahkan, wilayah episentrum virus diyakini akan bergeser dari Jakarta menuju Jawa Timur, seiring lonjakan kasus dalam beberapa waktu terakhir.
Jawa Timur kini memiliki 4.613 kasus infeksi atau sekitar 17,9 persen dari total kasus di Indonesia.