Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Virus Corona Akan Membuat Harga Penerbangan Menjadi Mahal?

Kompas.com - 31/05/2020, 15:19 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 telah menyebabkan kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam industri penerbangan. Muncul pertanyaan mengenai pandemi terkait dengan penetapan harga pesawat ketika kembali beroperasi.

Melansir BBC, Jumat (29/5/2020), ketika lebih banyak negara mulai mengurangi penguncian wilayah akibat Covid-19, perhatian kembali ke industri penerbangan global, di mana hampir seluruhnya membumi selama berbulan-bulan.

Beberapa maskapai penumpang telah membuat armada kerangka terbang untuk misi repatriasi, beberapa telah mengkonversi jet penumpang untuk digunakan sebagai pesawat kargo, tetapi semuanya lebih menyukai untuk kembali ke tujuan utama mereka, yaitu menerbangkan orang dengan aman di seluruh dunia.

Baca juga: Virus Corona, Pilot, dan Pukulan Telak Industri Penerbangan...

Namun, saat pesawat terbang akan kembali beroperasi, seberapa besar dampak pandemi pada apa yang mereka tanggung?

"Kami tahu maskapai penerbangan ingin mendapatkan pesawat kembali ke udara dan mendapatkan penumpang," kata Benjamin Cany dari Amadeus, sebuah perusahaan teknologi yang menyediakan layanan IT untuk industri perjalanan, termasuk salah satu sistem pemesanan utamanya.

Setidaknya dalam jangka pendek, itu akan mengarah pada tarif yang lebih rendah dengan tujuan memberikan insentif kepada konsumen.

Baca juga: Kisah Pramugari dan Pilot Singapura yang Terdampak Corona...

Lebih lanjut, ini juga melihat beberapa bulan ke depan dan faktor-faktor yang dapat mendorong kenaikan tarif, dari kebangkrutan maskapai penerbangan yang dapat mengurangi pasokan dan kompetisi, hingga berkurangnya armada yang disebabkan oleh pesawat yang pensiun dini.

Dan hal yang tidak diketahui yakni seberapa cepat penumpang akan kembali terbang, dengan muncul perasaan umum bahwa penerbangan tidak akan kembali ke angka pra-pandemi hingga 2022, 2023 atau lebih.

Maskapai, kata Cany, biasanya melihat permintaan masa lalu untuk meramalkan tren masa depan. Tapi, tidak ada preseden untuk keadaan saat ini.

"Apa yang harus dilakukan maskapai ketika data masa lalu berbeda secara radikal, atau tidak lagi relevan untuk perhitungan di masa depan?" ujar dia.

Baca juga: Saat 100 Pramugari American Airlines Terkonfirmasi Positif Virus Corona...

Persamaan harga

Sejumlah maskapai terpaksa mengoperasikan pesawatnya tanpa penumpang keluar dan masuk Eropa demi tidak kehilangan slot terbang di kemudian hari.Thinkstock Sejumlah maskapai terpaksa mengoperasikan pesawatnya tanpa penumpang keluar dan masuk Eropa demi tidak kehilangan slot terbang di kemudian hari.

Penetapan harga maskapai, lanjut Cany, biasanya didasarkan pada kombinasi perhitungan dan model ilmiah.

Ia mengatakan bahwa ini berkaitan tentang memahami motivasi pelanggan untuk bepergian dan seberapa besar kesediaanya membayar tiket.

Maskapai kemudian menyeimbangkan hal-hal tersebut dengan kapasitas, serta berbagai indikator lainnya.

Maskapai pun ingin mencapai kesepakatan terbaik untuk maskapai dan pelancong. Hal ini, ujar Cany, merupakan sains dan seni.

Ilmu ada dalam pemodelan, pembelajaran mesin dan algoritma di balik perhitungan ini dan biasanya akan mencakup pilihan antara produk maskapai yang berbesa, misalnya bisnis dengan ekonomi premium.

Baca juga: Emirates Berencana PHK 30.000 Karyawannya akibat Virus Corona

Serta, berbagai rencana perjalanan maskapai yang tersedia meliputi waktu keberangkatan, waktu kedatangan, dan durasi perjalanan.

Ini perlu dikombinasikan dengan data historis, musim, dan indikator pasar seperti acara lokal yang akan datang, kompetisi pada rute yang sama, dan lainnya.

Sementara itu, seni berasal dari pakar menajemen harga dan pendapatan maskapai, yang menyesuaikan indikator-indikator ini untuk mengembangkan perkiraan yang paling akurat.

"Disitulah teknologi membantu, memberi tim ini alat untuk meningkatkan akurasi perkiraan hingga tingkat tertinggi," tutur Cany.

Tapi, tidak ada yang tahu bagaimana model yang telah diasah penerbangan selama beberapa dekade akan berubah sebagai hasil dari tantangan Covid-19 yang luar biasa, terutama mengingat situasinya masih berkembang.

Baca juga: 3 Maskapai yang Kembali Buka Penerbangan hingga Syarat Calon Penumpang

Kapan permintaan kembali?

Ilustrasi pesawat milik Emirates. SHUTTERSTOCK/ZGPHOTOGRAPHY Ilustrasi pesawat milik Emirates.

Dalam istilah ekonomi yang paling mendasar, misalnya tarif penerbangan ditetapkan berdasarkan kurva penawaran dan kurva permintaan.

Maskapai biasanya memiliki tuas pasokan di bawah kendalinya, dan secara umum dipahami bahwa ketika perusahaan ingin merangsang permintaan untuk mengisi kapasitas, maka tarif akan dikurangi.

Lebih banyak orang akan bepergian jika tiket 50 dollar daripada harga 100 dollar.

Faktor X saat ini yakni banyak orang takut bepergian karena masalah kebersihan, penguncian, dan aturan karantina.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com