Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Penanganan Covid-19 di Indonesia, Bukan Herd Immunity

Kompas.com - 30/05/2020, 10:44 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

klarifikasi

klarifikasi!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melakukan berbagai upaya penanganan Covid-19 di Indonesia. Hampir seluruh wilayah di Tanah Air melakukan pembatasan melalui pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Berdasarkan pertimbangan perkembangan kasus di wilayah tertentu, pemerintah bersiap menerapkan new normal di beberapa provinsi, kabupaten, dan kota.

Pelonggaran pembatasan juga dilakukan untuk memastikan perekonomian dan keberlangsungan usaha tetap berjalan.

Rencana ini direspons beragam oleh masyarakat. Di media sosial, beredar informasi yang menyebut bahwa pemerintah menerapkan herd immunity.

Herd immunity adalah kondisi ketika sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal terhadap suatu penyakit karena sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit tersebut.

Merespons anggapan ini, pemerintah menegaskan bahwa penanganan virus corona di Indonesia tidak menggunakan konsep herd immunity.

Narasi yang beredar

Banyak akun di media sosial Facebook maupun Twitter dan Instagram serta grup percakapan Whatsapp yang berspekulasi soal penerapan herd immunity karena adanya pelonggaran PSBB dan akan diterapkannya new normal.

Narasi yang diunggah beragam. Salah satunya yang dibagikan akun Facebook berikut ini:

Denger² karena Lockdown dan PSBB ngga berhasil dilakukan di Indonesia maka bakalan ke arah Herd Imunity. Setelah Idul Fitri Pemerintah tidak akan update jumlah yang tekena Covid. Saat ini yang terdeteksi 20.162 Kemungkinan dalam waktu dekat akan diberlakukan
*Herd Immunity*, artinya _menyerahkan rakyat pada seleksi alam ; yang kuat bertahan, kemudian imun yang lemah meninggal dengan sendirinya.

Salah satu unggahan di Facebook mengenai herd immunity. Pemerintah menyatakan, tidak menerapkan konsep ini dalam menangani virus corona di Indonesia.Facebook Salah satu unggahan di Facebook mengenai herd immunity. Pemerintah menyatakan, tidak menerapkan konsep ini dalam menangani virus corona di Indonesia.
Unggahan lain yang senada dengan narasi berbeda juga banyak dibagikan sejumlah pengguna Facebook.

"SELEKSI ALAM AKAN MULAI BERJALAN DI INDONESIA #Dibaca dengan baik pelajaran sekaligus info bagi seluruh rakyat Indonesia

Seleksi Alam sudah mulai berjalan? Karena Lockdown dan PSBB tidak berhasil dilakukan di Indonesia maka akan berganti kearah Herd Immunity (HI) ya?" demikian narasi lain yang beredar.

Salah satu unggahan di Facebook mengenai herd immunity. Pemerintah menyatakan, tidak menerapkan konsep ini dalam menangani virus corona di Indonesia.Facebook Salah satu unggahan di Facebook mengenai herd immunity. Pemerintah menyatakan, tidak menerapkan konsep ini dalam menangani virus corona di Indonesia.
Benarkah anggapan ini?

Konfirmasi Kompas.com

Dalam sejumlah kesempatan, pemerintah menyatakan tidak menggunakan konsep herd immunity dalam penanganan virus corona di Indonesia.

Seperti diberitakan Kompas.com, 13 Mei 2020, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan, pemerintah tidak menggunakan strategi herd immunity.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com