Jika itu upaya ke arah itu tidak berhasil, minimal warga dunia didorong agar masuk dalam zona netral alias latitude of noncommitment, tidak punya pendapat – terserah deh, saya tidak punya keputusan mengenai hal ini.
Lewat penggiringan opini di berbagai media (Barat), warga dunia hendak dipengaruhi sehingga mereka masuk pada zona yang diinginkan sang sutradara: Apa pentingnya mengurusi Palestina atau Yaman, yang jauh di sana, sedangkan urusan kita di dalam negeri masih banyak?
Bagi yang dekat dengannya, semisal negara-negara Arab di Timur Tengah itu, opini diarahkan pada perkara lain yang dianggap lebih penting, semisal harga minyak, ancaman musuh yang punya mazhab berbeda, dan sebagainya.
Dengan kata lain, berdasarkan pada “pengalaman” sebelumnya – terutama akibat paparan media yang mereka konsumsi – warga dunia jadi punya rujukan yang, cepat atau lambat, telah bergeser dari pro-Palestina dan anti Zionis kepada sikap pro-Zionis, atau minimal ‘netral’ terhadapnya.
Persepsi yang bertengger di kepala kita kemudian adalah bahwa, rumah warga Palestina di Jerusalem (Al-Quds) atau Gaza tidaklah perlu diurusi, yang penting adalah rumah kita saja, tempat kita menyelamatkan diri dari Corona, tempat mimpi indah datang bertandang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.