Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

50 Tahun Hari Bumi, Ini Perubahan di Amazon, Gurun Sahara, dan Antartika

Kompas.com - 22/04/2020, 19:33 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, 22 April 2020, kembali diperingati sebagai Hari Bumi. Peringatan ini telah dilakukan sejak tahun 1970.

Saat itu sekitar 20 juta penduduk di AS memenuhi jalan menyerukan kebutuhan akan udara dan air bersih. 

Sekarang, 50 tahun kemudian, bumi masih menghadapi beragam tantangan, terutama dengan adanya perubahan iklim

Jadi, apa saja yang telah berubah sejak Hari Bumi pertama diperingati? Apa yang terjadi pada hutan Amazon, es-es di Antartika, hingga gurun Sahara?

Baca juga: Begini Kualitas Udara Jakarta Saat Hari Bumi di Tengah Pandemi Covid-19

Hutan Hujan Amazon

Foto udara menunjukkan kobaran api yang melalap hutan di Kota Candeias do Jamari, Amazon, Brasil, Sabtu (24/8/2019). Kebakaran hutan Amazon menjadi sorotan dunia setelah api yang menjalar di paru-paru dunia itu mencapai 18.627 kilometer persegi tahun ini, dengan 76.720 kebakaran terjadi dari Januari-Agustus.AFP/GREENPEACE/VICTOR MORIYAMA Foto udara menunjukkan kobaran api yang melalap hutan di Kota Candeias do Jamari, Amazon, Brasil, Sabtu (24/8/2019). Kebakaran hutan Amazon menjadi sorotan dunia setelah api yang menjalar di paru-paru dunia itu mencapai 18.627 kilometer persegi tahun ini, dengan 76.720 kebakaran terjadi dari Januari-Agustus.

Amazon merupakan hutan hujan terbesar di Planet Bumi, yang membentang pada 9 negara di Amerika Selatan.

Melansir Vogue, sejak tahun 1970, hutan ini mulai rusak akibat penebangan yang dilakukan.

Seluas 700.000 kilometer persegi atau sekitar 20 persen hutan hujan Amazon mengalami penebangan dalam 50 tahun terakhir.

Menurut Fakultas Kehutanan dan Studi Lingkungan Yale University, penyebab utama dari penebangan ini adalah pemeliharaan ternak. 

Baca juga: Hari Bumi, Berikut 7 Tips Liburan Ramah Lingkungan Kelar Pandemi Corona

Selain itu, api yang dibuat oleh peternak dan petani untuk membersihkan lahan di hutan juga berkontribusi pada kebakaran hutan besar-besaran yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Hutan Amazon seringkali disebut sebagai "paru-paru" dunia karena kapasitasnya menyimpan karbon dan melepaskan oksigen ke atmosfer. 

Namun, sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa 20 persen hutan hujan sebenarnya mengeluarkan CO2 lebih banyak daripada penyerapan yang dilakukan akibat deforestasi.

Baca juga: Memperingati Hari Bumi di Tengah Pandemi, Ini yang Bisa Kita Lakukan

"Jika Amazon dibiarkan relatif utuh, ia dapat memiliki peran signifikan dalam menyerap karbon dari atmosfer.

Namun, saat ini, Amazon berada dalam proses bergeser dari perannya sebagai penyerap karbon menjadi penghasil karbon" kata Kepala Program Rainforest Alliance Nigel Sizer sebagaimana dikutip Vogue. 

Untuk itu, diperlukan lebih banyak tindakan untuk menghentikan kerusakan lebih lanjut dan memulihkan hutan yang hilang.

Baca juga: Mengenal Hari Bumi, dari Pengertian, Sejarah, hingga Maknanya

Antartika dan Greenland

Pada 2015, ilmuwan NASA memperingatkan lapisan es Larsen B di Antartika kemungkinan akan pecah menjadi ratusan gunung es sebelum akhir dekade ini.NSIDC / Ted Scambos Pada 2015, ilmuwan NASA memperingatkan lapisan es Larsen B di Antartika kemungkinan akan pecah menjadi ratusan gunung es sebelum akhir dekade ini.

Meskipun memiliki lokasi yang relatif jauh dari wilayah lain, mencairnya lapisan es di Antartika dan Greenland berdampak sangat besar.

Menurut dua studi dari IMBIE, lapisan es saat ini kehilangan massa 6 kali lebih cepat daripada tahun 1990-an. 

Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan suhu, dengan 6,4 triliun ton es hilang pada 1992 hingga 2017. 

Selain itu, laporan lain menyebutkan bahwa lapisan es di Greenland mencair lebih cepat dari perkiraan para ilmuwan. Konsekuensi dari mencairnya es tersebut adalah naiknya permukaan laut di dunia. 

Baca juga: Menyoal Fenomena Munculnya Cacing Dalam Jumlah Banyak, Anomali hingga Disebut Tanda Gempa Bumi

"Jika semua lapisan es di Antartika mencair, kita akan mengalami kenaikan permukaan laut sekitar 60 meter" kata Dr Alexandra Gossart dari Pusat Penelitian Antartika di Victoria University of Wellington.

Menurutnya, kondisi ini dapat mengakibatkan dampak mendalam pada sistem iklim dunia.

Sebelumnya, laporan IPCC pada 2018 telah memperingatkan bahwa kenaikan suhu antara 1,5 derajat celsius hingga 2 derajat celsius dapat menyebabkan hilangnya lapisan es di Greenland yang tidak dapat dikembalikan.

"Kami benar-benar harus memitigasi perubahan iklim dan menghentikan terjadinya fenomena ini," tambah Gossart.

Baca juga: Bumi Rayakan Kondisi Terbaiknya di Tengah Wabah Virus Corona

Great Barrier Reef

Great Barrier Reef yang memutih karena pemanasan globalShutterstock Great Barrier Reef yang memutih karena pemanasan global

Great Barrier Reef, yang terletak di lepas pantai Queensland, merupakan salah satu keajaiban alam di dunia. 

Namun, tempat ini juga telah mengalami dampak dari perubahan iklim.

Suhu laut yang tinggi menyebabkan karang mengeluarkan ganggang yang hidup pada jaringannya, membuatnya berubah menjadi putih dan berisiko mati.

Peristiwa memutihnya karang-karang ini dalam skala besar pertama kali terjadi pada 1998 dan terus meningkat selama bertahun-tahun. 

Baca juga: Macam-macam Relief Bumi: Pengertian, Ciri, dan Kondisi Geografisnya

Hilangnya karang memiliki dampak yang menghancurkan pada kehidupan laut. Great Barrier Reef sendiri menjadi rumah bagi lebih dari 1.500 spesies ikan.

Rusaknya Great Barrier Reef dan karang-karang lain di dunia menyebabkan sebuah dampak yang sangat buruk bagi jutaan manusia. 

"Banyak pulau-pulau yang dilindungi oleh karang jika ada ombak besar yang datang. Jutaan orang juga makan dari karang atau memperoleh penghidupannya dari karang," jelas Dr Selina Ward dari University of Queensland sebagaimana dikutip Vogue.

Baca juga: Kisah Butet Kartaredjasa Blusukan ke Kawasan Bumi Langit Institute

Gurun Sahara

Gurun saharaShutterstock Gurun sahara

Gurun Sahara telah mengalami berbagai perubahan dalam 50 tahun terakhir, dimulai dengan kekeringan parah selama tahun 1970-an hingga 1980-an. 

Selain itu, juga terjadi peningkatan curah hujan sejak pertengahan tahun 1980-an.

"Ada banyak variabilitas alami. Sulit untuk menentukan berapa banyak perubahan yang terjadi karena perubahan iklim," kata Profesor dari University of Quebec Francesco Pausata. 

Peningkatan curah hujan yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat menyebabkan menghijaunya kembali bagian Sahara paling selatan. 

Kondisi ini berdampak, baik secara lokal maupun lebih luas.

Baca juga: Langkah Menghadapi Gempa Bumi

"Dapat terjadi peningkatan intensitas dari musim hujan Afrika Barat, tetapi dapat pula berdampak pada frekuensi El Nino atau aktivitas siklon tropis," jelas Pausata.

"Kami juga telah melihat bahwa musim hujan Afrika Barat yang lebih kuat dapat menyebabkan bertambah kuatnya pemanasan di Kutub Utara," lanjut dia.

Menurut Pausata, perubahan yang terjadi di Sahara tidak hanya memengaruhi masyarakat lokal, tetapi lebih luas.

"Itu sebabnya, kita harus peduli dengan perubahan iklim ini," pungkas Pausata.

Baca juga: Benarkah Fenomena Cacing Bermunculan Tanda Gempa Bumi, Ahli Jelaskan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bisakah Peserta BPJS Kesehatan Langsung Berobat ke Rumah Sakit Tanpa Rujukan?

Bisakah Peserta BPJS Kesehatan Langsung Berobat ke Rumah Sakit Tanpa Rujukan?

Tren
Buntut Film Dokumenter “Burning Sun”, Stasiun TV Korsel KBS Ancam Tuntut BBC

Buntut Film Dokumenter “Burning Sun”, Stasiun TV Korsel KBS Ancam Tuntut BBC

Tren
8 Perawatan Gigi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024, Termasuk Scaling

8 Perawatan Gigi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024, Termasuk Scaling

Tren
Gagal Tes BUMN karena Tidak Memenuhi Syarat atau Terindikasi Curang, Apa Penyebabnya?

Gagal Tes BUMN karena Tidak Memenuhi Syarat atau Terindikasi Curang, Apa Penyebabnya?

Tren
Berada di Tingkat yang Sama, Apa Perbedaan Kabupaten dan Kota?

Berada di Tingkat yang Sama, Apa Perbedaan Kabupaten dan Kota?

Tren
Biaya Kuliah UGM Jalur Mandiri 2024/2025, Ada IPI atau Uang Pangkal

Biaya Kuliah UGM Jalur Mandiri 2024/2025, Ada IPI atau Uang Pangkal

Tren
Irlandia, Spanyol, dan Norwegia Akui Negara Palestina, Israel Marah dan Tarik Duta Besar

Irlandia, Spanyol, dan Norwegia Akui Negara Palestina, Israel Marah dan Tarik Duta Besar

Tren
Ramai soal Salah Paham Beli Bensin di SPBU karena Sebut Nilai Oktan, Ini Kata Pertamina

Ramai soal Salah Paham Beli Bensin di SPBU karena Sebut Nilai Oktan, Ini Kata Pertamina

Tren
Penjelasan UGM soal UKT Ujian Mandiri UGM 2024 Ada Biaya Uang Pangkal

Penjelasan UGM soal UKT Ujian Mandiri UGM 2024 Ada Biaya Uang Pangkal

Tren
Festival Lampion Waisak di Candi Borobudur Malam Ini, Pukul Berapa?

Festival Lampion Waisak di Candi Borobudur Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Thrifting demi Flexing? Psikografi dan Sisi Lain Penggemar Barang Bekas

Thrifting demi Flexing? Psikografi dan Sisi Lain Penggemar Barang Bekas

Tren
3 Cara Menampilkan Tayangan YouTube dari Ponsel ke Smart TV

3 Cara Menampilkan Tayangan YouTube dari Ponsel ke Smart TV

Tren
45 Ucapan Selamat Hari Raya Waisak 2024 dalam Bahasa Inggris dan Artinya

45 Ucapan Selamat Hari Raya Waisak 2024 dalam Bahasa Inggris dan Artinya

Tren
Jarang Disadari, Ini Daftar Ikan Tinggi Natrium yang Patut Diwaspadai Penderita Hipertensi

Jarang Disadari, Ini Daftar Ikan Tinggi Natrium yang Patut Diwaspadai Penderita Hipertensi

Tren
Arti dan Jawaban Ucapan Waisak 'Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta'

Arti dan Jawaban Ucapan Waisak "Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta"

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com