Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja 15 Tahun Disebut Meninggal Dunia karena Vape, Kasus Kematian Termuda di AS

Kompas.com - 14/01/2020, 18:18 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Seorang remaja berusia 15 tahun di Texas meninggal akibat vape atau rokok elektrik.

US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut kasus ini sebagai kematian termuda yang berasosiasi dengan penggunaan rokok elektrik di AS.

Melansir Insider, pejabat kesehatan wilayah Dallas mengonfirmasi bahwa remaja berusia 15 tahun tersebut meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan rokok elektrik saat tahun baru. 

"Remaja ini mengalami kondisi medis kronis," ungkap pejabat kesehatan wilayah Dallas sebagaimana dikutip New York Times.

Akan tetapi, mereka tidak mengidentifikasi kondisi, jenis kelamin, ataupun produk vape yang digunakan oleh remaja tersebut.

Baca juga: Viral Penumpang Isap Vape di Kereta Api, Bagaimana Aturannya?

Kasus kematian EVALI

Hingga 7 Januari 2020, CDC melaporkan adanya 57 kasus kematian di 27 negara akibat EVALI (E-cigarette or Vaping Product Use Associated Lung Injury) atau penggunaan rokok elektrik dan produk lainnya yang berasosiasi dengan kerusakan paru-paru. 

"Melaporkan kematian remaja akibat EVALI sangatlah tragis. Kami melihat kerusakan paru-paru yang parah hingga kematian. Keduanya dapat terjadi dalam waktu penggunaan yang singkat dari produk-produk ini," kata Direktur Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan Dallas sebagaimana dikutip Time.

Adapun rata-rata usia dari mereka yang meninggal adalah 51 tahun, dengan jangkauan dari 15 tahun hingga 75 tahun. 

Sebelum kematian remaja di Texas ini, kematian termuda yang dilaporkan akibat vape ini adalah remaja Bronx berusia 17 tahun.

"Saya khawatir bahwa anak-anak muda memiliki ketergantungan dan potensi gangguan perkembangan saraf dari nikotin pada rokok elektrik," kata Ketua American Academy of Pediatrics Tobacco Consortium, Dr. Karen Wilson, sebagaimana dikutip Insider.

Berdasarkan peraturan, rokok elektrik masih dilarang atau bersifat ilegal bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun.

Sejauh ini, data Federal mencatat bahwa di antara siswa sekolah menengah, penggunaan rokok elektrik meningkat dari 3,6 juta pada tahun 2018 menjadi 5,4 juta pada tahun 2019.

Baca juga: Dianggap Lebih Aman dari Rokok Tembakau, 3 Jenis Vape Ini Punya Potensi Bahaya

Vitamin E Asetat

Bulan lalu, CDC mengumumkan bahwa vitamin E asetat adalah penyebab terbesar untuk wabah penyakit paru-paru terkait penggunaan rokok elektrik di negara AS.

Akan tetapi, belum diketahui bagaimana vitamin E asetat dapat melukai paru-paru.

Para peneliti mengungkapkan, kemungkinan zat tersebut mengganggu zat alami di paru-paru yang disebut surfactan. 

Surfactan membantu menjaga kantung udara terbuka dan sangat penting dalam proses pernafasan. 

Kemungkinan lainnya, minyak vitamin ketika dipanaskan dalam rokok elektri, dapat hancur menjadi racun kuat yang merusak paru-paru. 

Kerusakan yang ditimbulkan mirip seperti luka bakar kimia pada korban perang yang diserang dengan gas beracun.

KOMPAS.com/Dhawam Pambudi Infografik: Beda Rokok dan Vape

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

Tren
5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

Tren
Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Tren
Pesona Air Terjun

Pesona Air Terjun

Tren
Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Tren
Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Tren
Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com