KOMPAS.com - Rokok dan vape sama-sama mengandung nikotin, yang merupakan zat aditif dalam tembakau.
Penelitian telah menunjukkan paparan nikotin dapat membuat otak kecanduan terhadap senyawa lainnya.
Selain menyebabkan kecanduan, nikotin juga menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Pada ibu hamil, misalnya, paparan nikotin selama kehamilan dapat membahayakan kesehatan janin dalam kandungan.
Hal ini dapat berdampak dalam jangka waktu lama bagi fungsi otak dan paru-paru bayi yang sedang berkembang.
Paparan nikotin juga dapat menyebabkan bayi mempunyai berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, bayi lahir mati, dan sindrom kematian bayi mendadak.
Paparan nikotin juga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan otak, dan efeknya berlaku untuk jangka panjang.
Dosis tinggi dari nikotin dapat menyebabkan keracunan, dengan gejala mual, muntah, kejang, dan depresi pernapasan pada kasus keracunan nikotin yang parah.
Bahkan cairan nikotin yang tertelan dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak.
Baca juga: Rokok Tembakau Vs Vape, Mana yang Lebih Berbahaya?
Mereka yang sedang berusaha berhenti merokok atau menghisap vape mungkin pernah mengalami gejala kecanduan nikotin yang meliputi pusing, mulut kering, batuk, sembelit, kecemasan hingga depresi. Ini hal yang wajar terjadi.
Ketika berhenti merokok, tubuh akan merasa kehilangan “manfaat” nikotin yang memberikan kesenangan tadi. Akibatnya, kita jadi stres dan muncul hasrat untuk kembali mengisap rokok.
Untuk mengatasi hal tersebut, berikut tipsnya:
1. Cari kesibukan lain
Ketika gejala kecanduan nikotin mulai muncul, coba alihkan perhatian secepat mungkin.
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan, mulai dari main game, main alat musik, membaca buku, pergi jalan-jalan, atau tidur.