Ia membangun jalan, rumah sakit, sekolah, dan berbagai infrastruktur modern di sepenjuru negeri untuk meningkatkan kualitas hidup rakyatnya.
Upaya itu pun dianggap berhasil sehingga membuat sosoknya sangat dihormati.
PBB pun mengganjar negeri berpenduduk 4,6 juta jiwa itu sebagai negara dengan peningkatan indeks pembangunan manusia tercepat di dunia.
Tak hanya itu, sebagai pemimpin terlama di Arab, namanya banyak diabadikan untuk menamai sarana dan fasilitas umum di sana, seperti jalan, pelabuhan, universitas, serta stadion.
Meski begitu, di tahun-tahun terakhir kepemimpinannya, harga minyak terpantau rendah hingga menyebabkan stagnasi ekonomi dan membuat hak-hak politik rakyat Oman terbatas.
Tetapi, Qaboos yang tidak menikah dan tidak memiliki anak tidak memberikan wasiat apapun sebelum kepergiannya.
Sehingga siapa sosok yang akan menggantikannya mungkin akan diputuskan melalui proses suksesi.
Menurut Hukum Dasar negara, jika sang sultan mangkat, maka keluarga akan berdiskusi untuk memilih penggantinya.
Jika tidak muncul kesepakatan dalam beberapa hari, maka penerus tahta akan merujuk pada tulisan Sultan sebelumnya yang telah dituliskan sebelum meninggal.
Terlepas dari semua itu, banyak warga negara yang terletak di ujung tenggara Semenanjung Arab itu yang berharap salah satu dari 3 sepupu Qaboos lah yang akan melanjutkan kepemimpinan.
Mereka adalah Assad, Shihab dan Haitham bin Tariq al-Said.
Baca juga: Di Hadapan Kadin Oman, Emil Paparkan Potensi Perkebunan dan KEK Jabar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.