Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disoroti Jokowi, Bagaimana Catatan Impor Migas Indonesia?

Kompas.com - 17/12/2019, 06:30 WIB
Virdita Rizki Ratriani

Penulis

Keempat proyek RDMP tersebut adalah kilang Cilacap (Jawa Tengah), Balongan (Jawa Barat), Balikpapan (Kalimantan Timur), dan Dumai (Riau).

Sementara, dua kilang baru yang hendak dibangun adalah kilang Tuban (Jawa Timur) dan Bontang (Kalimantan Timur).

Secara keseluruhan, investasi yang dibutuhkan untuk pembiayaan megaproyek ini berkisar Rp 500 triliun sampai Rp 600 triliun.

”Megaproyek ini akan meningkatkan kapasitas kilang Pertamina dari 1 juta barel per hari menjadi 2 juta barel per hari. Proyek ini dijadwalkan rampung pada 2026,” kata Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang dalam sebuah paparan pada pekan lalu, di Jakarta.

Selain itu, impor minyak mentah dan BBM di masa lalu juga diduga menjadi praktik subur bagi para pemburu rente yang dikenal sebagai mafia migas.

Mereka (pemburu rente) diduga mengambil untung dari setiap barel minyak mentah atau BBM yang diimpor.

Pertamina Trading Energy Ltd atau Petral, unit usaha PT Pertamina (Persero) di bidang impor migas, ditengarai sebagai salah satu sumber inefisiensi dalam pengadaan impor minyak.

Sejak dibubarkan pada akhir 2014—melalui rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang diketuai Faisal Basri— Pertamina mengklaim ada efisiensi 30-40 sen dollar AS per barel dari minyak mentah dan BBM yang diimpor.

Ketika Petral masih beroperasi, ada pemborosan 30-40 sen dollar AS per barel dari volume minyak mentah dan BBM yang diimpor.

Jika dikalikan dengan 700.000 barel per hari, artinya ada inefisiensi (sedikitnya) sebesar Rp 1,07 triliun per tahun. 

Baca juga: 8 Bisnis Pertamina di Luar Migas, dari Minimarket sampai Jualan AC

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com