"Anggap materi putih sebagai 'kabel', semacam saluran telepon yang menghubungkan berbagai bagian otak, sehingga bagian-bagian ini dapat berbicara satu sama lain," ujar Hutton.
Kurangnya perkembangan "kabel" ini dapat memperlambat kecepatan otak memproses.
Baca juga: Kebanyakan Main Gadget, Waktu Santai Milenial Makin Berkurang
Kendati demikian, menurut Dr Jenny Radesky, penulis utama pedoman American Academy of Pediatrics 2016, temuan tersebut menarik tapi masih sangat awal.
Menurut dia, hasil yang disajikan itu tidak menunjukkan bahwa penggunaan media yang berat menyebabkan kerusakan otak.
Hutton setuju terhadap sanggahan ini. Jika memang layar tak merusak materi putih, namun menghabiskan waktu lama menatap layar tetap tak mendukung perkembangan otak.
"Mungkin waktu menggunakan layar menghalangi pengalaman lain yang bisa membantu anak-anak memperkuat jaringan otak," papar dia.
Baca juga: Awas, Kelamaan Main Gadget Bisa Picu Kram, Kebas, dan Kesemutan
Tahun pertama dalam kehidupan anak perlu difokuskan pada interaksi yang mendorong anak untuk berbicara, berinteraksi sosial, dan bermain dengan penuh kasih untuk mengembangkan pemikiran, pemecahan masalah, dan keterampilan lainnya.
Semakin banyak berlatih apapun, semakin memperkuat koneksi di otak.
Selain hasil MRI, hasil tes kognitif juga mendukung temuan ini.
Hasil penelitian memperlihatkan bahawa anak-anak yang menatap layar lebih dari jumlah yang direkomendasikan tanpa interaksi orangtua, mempunyai materi putih di otak yang lebih tidak teratur dan tidak berkembang di seluruh otak.
"Rata-rata waktu layar pada anak-anak ini adalah lebih dari dua jam sehari. Kisarannya sekitar satu hingga lima jam," tutur Hutton.
Terlalu lama memandang layar secara signifikan berkaitan dengan keterampilan membaca dan berbahasa yang buruk.
Baca juga: Hari Penglihatan Sedunia 2019, Waspadai Ancaman Gadget pada Mata Anak
Hutton menyampaikan, perlu lebih banyak uji klinis mendalam untuk menjelaskan secara spesifik penyebabnya.
Radesky menyebutkan banyak faktor lain yang mempengaruhi perkembangan otak. Ada stres, kesehatan mental orangtua, pengalaman bermain, dan paparan bahasa.
Keputusan pola pengasuhan anak berada di tangan orangtua. Pengasuhan anak ini berdampak pada perkembangan otak anak.