Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dampak Anak Terlalu Lama Main Gadget

Kompas.com - 07/11/2019, 13:49 WIB
Mela Arnani,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber CNN,CBS News

KOMPAS.com - Lamanya bermain gadget pada anak-anak berdampak terhadap keterampilan membaca dan berbahasa.

Sebuah studi yang memindai (MRI) otak anak berusia 3-5 tahun menemukan, anak-anak yang menatap layar melebihi waktu yang direkomendasikan, akan menghambat perkembangan otaknya.

Dalam studi yang diterbitkan di Journal of the American Medical Association (JAMA) Pediatrics, terungkap bahwa layar bisa melemahkan pengembangan bagian putih otak.

Ini adalah bagian untuk pengembangan bahasa, literasi, keterampilan, dan kognitif.

Baca juga: Izinkan Anak Main Gadget, Ini Aturan yang Harus Diperhatikan Orangtua

"Ini adalah studi pertama yang mendokumentasikan hubungan antara penggunaan layar yang lebih tinggi, dengan ukuran struktur dan keterampilan otak yang lebih rendah pada anak usia prasekolah," kata sang peneliti, John Hutton, dokter anak dan peneliti klinis di Rumah Sakit Anak Cincinnati seperti dikutip dari CNN.

Hutton menyampaikan, dalam usia lima tahun pertama, otak berkembang sangat cepat. Otak sangat mudah dipengaruhi dan menyerap seluruh informasi yang akan membentuk koneksi kuat seumur hidup.

Penelitian ini menunjukkan kebiasaan menonton televisi yang berlebihan, berdampak pada ketidakmampuan anak-anak untuk memperhatikan dan berpikir jernih, serta meningkatkan kebiasaan makan yang buruk dan masalah perilaku.

Selain itu, penggunaan layar yang berlebihan juga mempengaruhi keterlambatan berbicara, kurang tidur, gangguan fungsi eksekutif, dan penurunan keterikatan antara orangtua dengan anak.

Baca juga: Tips Mencegah Kecanduan Gadget pada Anak

"Anak-anak yang menatap layar lebih lama cenderung tumbuh dalam keluarga yang banyak menggunakan waktu untuk menggunakan atau menatap layar," ujar Hutton.

Anak-anak yang menatap layar selama lima jam berkemungkinan mempunyai orangtua yang menghabiskan 10 jam untuk menatap layar.

Sehingga, terlalu banyak menggunakan waktu untuk menatap layar juga membuat kurangnya interaksi satu sama lain.

Materi putih tidak teratur

Penelitian dilakukan menggunakan MRI (tensor imaging) khusus. Sebanyak 47 anak (27 perempuan dan 20 laki-laki) dengan otak yang sehat di usia sebelum memasuki taman kanak-kanak dipindai.

MRI ini memungkinkan melihat materi putih otak. Materi putih otak adalah bagian yang bertanggung jawab mengatur komunikasi antara berbagai materi otak abu-abu.

Baca juga: Awas, Terlalu Lama Menatap Layar Gadget Sebabkan Gangguan Ini

Materi abu-abu mengandung sebagian besar sel-sel otak yang memberi tahu apa yang harus dilakukan tubuh.

Sementara, materi putih terdiri dari serat, biasanya didistribusikan ke dalam bundel yang disebut saluran, dan membentuk koneksi antara sel-sel otak dan seluruh sistem saraf.

"Anggap materi putih sebagai 'kabel', semacam saluran telepon yang menghubungkan berbagai bagian otak, sehingga bagian-bagian ini dapat berbicara satu sama lain," ujar Hutton.

Kurangnya perkembangan "kabel" ini dapat memperlambat kecepatan otak memproses.

Baca juga: Kebanyakan Main Gadget, Waktu Santai Milenial Makin Berkurang

Kendati demikian, menurut Dr Jenny Radesky, penulis utama pedoman American Academy of Pediatrics 2016, temuan tersebut menarik tapi masih sangat awal.

Menurut dia, hasil yang disajikan itu tidak menunjukkan bahwa penggunaan media yang berat menyebabkan kerusakan otak.

Hutton setuju terhadap sanggahan ini. Jika memang layar tak merusak materi putih, namun menghabiskan waktu lama menatap layar tetap tak mendukung perkembangan otak.

"Mungkin waktu menggunakan layar menghalangi pengalaman lain yang bisa membantu anak-anak memperkuat jaringan otak," papar dia.

Baca juga: Awas, Kelamaan Main Gadget Bisa Picu Kram, Kebas, dan Kesemutan

Tahun pertama dalam kehidupan anak perlu difokuskan pada interaksi yang mendorong anak untuk berbicara, berinteraksi sosial, dan bermain dengan penuh kasih untuk mengembangkan pemikiran, pemecahan masalah, dan keterampilan lainnya.

Semakin banyak berlatih apapun, semakin memperkuat koneksi di otak.

Pengujian kognitif menemukan keterampilan yang lebih sedikit

Selain hasil MRI, hasil tes kognitif juga mendukung temuan ini.

Hasil penelitian memperlihatkan bahawa anak-anak yang menatap layar lebih dari jumlah yang direkomendasikan tanpa interaksi orangtua, mempunyai materi putih di otak yang lebih tidak teratur dan tidak berkembang di seluruh otak.

"Rata-rata waktu layar pada anak-anak ini adalah lebih dari dua jam sehari. Kisarannya sekitar satu hingga lima jam," tutur Hutton.

Terlalu lama memandang layar secara signifikan berkaitan dengan keterampilan membaca dan berbahasa yang buruk.

Baca juga: Hari Penglihatan Sedunia 2019, Waspadai Ancaman Gadget pada Mata Anak

Hutton menyampaikan, perlu lebih banyak uji klinis mendalam untuk menjelaskan secara spesifik penyebabnya.

Radesky menyebutkan banyak faktor lain yang mempengaruhi perkembangan otak. Ada stres, kesehatan mental orangtua, pengalaman bermain, dan paparan bahasa.

Apa yang perlu dilakukan orangtua?

Keputusan pola pengasuhan anak berada di tangan orangtua. Pengasuhan anak ini berdampak pada perkembangan otak anak.

Orangtua wajib meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Mereka harus membantu perkembangan anak dengan membacakan, bernyanyi, meningkatkan hubungan emosional, atau mengasah kreativitas.

Baca juga: Anak Terlalu Sering Main Gadget Berisiko Alami Gangguan Tumbuh Kembang

Berdasarkan American Academy of Pediatrics, berikut pedoman waktu yang disarankan untuk menggunakan gadget:

Bayi: Bayi di bawah 18 bulan tidak buleh terpapar layar selain video chatting dengan teman atau keluarga. Bayi perlu berinteraksi dengan pengasuh dan lingkungannya.

Balita: Saat berusia 2 tahun, anak-anak dapat belajar kata-kata lewat obrolan video langsung dan lainnya.

Sebelum sekolah: Anak-anak berusia 3-5 tahun dapat menonton acara TV yang berkualitas.

Acara yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak, membantu mengenalkan kata-kata, dan mempengaruhi perkembangan sosial.

Lakukan hal ini alih-alih memberikan gadget ke anak ketika rewel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com