KOMPAS.com – Gangguan penglihatan seperti rabun jauh dan rabun dekat bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia.
Bahkan, rabun jauh juga sering dialami sejak usia anak-anak.
Rabun jauh atau yang kerap disebut miopa atau mata minus merupakan kondisi di mana mata kesulitan untuk melihat benda-benda yang jaraknya jauh.
Sementara, rabun dekat umumnya dialami oleh orang-orang yang berusia 40-50-an tahun.
Mereka yang mengalami rabun dekat biasanya sulit untuk fokus membaca dengan jarak dekat. Saat membaca, mereka harus menjauhkan buku dari jarak pandangnya.
Gangguan penglihatan ini bisa diatasi dengan menggunakan alat bantu seperti kacamata atau kontak lens.
Ada yang enggan menggunakannya dengan berbagai alasan, seperti penampilan atau takut ketergantungan.
Melansir BBC.com, ketergantungan pada kacamata lebih karena faktor usia yang juga menjadi penyebab gangguan penglihatan.
Jadi, tak sepenuhnya karena kacamata yang terus-terusan digunakan.
Pada orang dewasa, menggunakan kacamata atau tidak, tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kondisi mata.
Kecuali, penglihatan menjadi lebih jelas saat akan menggunakannya dan mata akan menjadi pedih saat melepasnya.
Jika anak-anak mengalami rabun jauh alias mata minus, haruskah mereka mengenakan kacamata?
Pada anak-anak, memilih tidak menggunakan kacamata bukan pilihan yang baik saat mereka mengalami gangguan penglihatan.
Sebuah penelitian di Malaysia ini bisa menjadi dasar alasan di atas.
Dalam penelitian itu, dilakukan percobaan terhadap 94 anak-anak dengan miopa (rabun jauh).