KOMPAS.com – Gadget alias gawai seakan tak bisa dilepaskan dari keseharian. Tak terkecuali bagi anak dan orangtua.
Bagi orangtua, gawai kerap dijadikan pengalih perhatian anak ketika mereka punya kesibukan.
Misalnya, ketika sang anak menangis, atau ketika orangtua melakukan pekerjaan rumah dan berharap si anak diam tidak rewel.
Maka, gawai dijadikan "senjata" untuk membuat anak tenang.
Tetapi, sejumlah fenomena soal kecanduang gadget yang terjadi belakangan ini, harus menjadi perhatian.
Ada sejumlah hal yang harus diperhatikan orangtua saat mengizinkan atau memberikan gadget kepada anaknya.
Psikiater dari RS Gading Pluit, Kelapa Gading Jakarta Utara, dr Dharmawan AP, SPKJ menilai, memberikan gadget kepada anak-anak sebagai bentuk pengalih perhatian boleh-boleh saja.
Baca juga: Bagaimana Kecanduan Game Online Bisa Sebabkan Gangguan Jiwa?
Dengan catatan, asal waktu penggunaannya diatur dan terjadwal.
“Hanya di waktu-waktu tertentu, jangan terus-terusan,” ujar Dharmawan kepada Kompas.com, Jumat (1/11/2019).
Dengan perkembangan saat ini, kata Dharmawan, anak memang wajar mengenal gadget karena mereka berada pada era digital.
“Mau tak mau mereka nanti akan berhubungan dengan itu. Jadi kalau mereka harus tahu, iya. Tapi mereka harus bisa mengendalikan kapan pakai, kapan enggak,” kata Dharmawan.
Berapa usia ideal anak menggunakan gadget?
Menurut Dharmawan, usia ideal anak diperkenalkan kepada gadge ketika minimal berusia 2 tahun.
“Kalau menurut asosiasi dokter anak Kanada, kalau belum dua tahun jangan diperkenalkan gadget,” kata dia.
Dengan membangun kedisiplinan bermain gadget sesuai jadwal, Dharmawan yakin, kebiasaan itu akan terbentuk.