KOMPAS.com - Setiap tahun pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai Hari Stroke Sedunia. Peringatan yang diadakan sejak tahun 2006 ini merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran akan stroke.
Adapun tahun ini, peringatan World Stroke Day mengusung tema Don't Be The One. Pemilihan tema peringatan tahun ini merupakan upaya untuk menarik perhatian dunia tentang pentingnya pencegahan stroke.
Selain itu meningkatkan atensi akian pentingnya pencegahan, ada hal lain yang tak mendesak yakni mengenai mitos seputar penyakit ini.
Dilansir dari laman CBS News, ada beberapa mitos seputar stroke yang berkembang di masyarakat, seperti:
Baca juga: Hari Stroke Sedunia 2019: Dont Be The One
Mitos ini tak perlu lagi dipercaya. Ini karena stroke sebenarnya menyerang otak dan bukannya jantung. Kondisi ini disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah.
Seringkali, gumpalan darah terlepas dari jantung dan mengalir ke otak yang akan menyumbat arteri.
Jenis stroke ini seringkali merupakan hasil dari adanya fibrilasi atrium atau kelainan irama jantung. Kelainan tersebut dapat dikontrol dengan mengonsumsi pengencer darah.
Stroke sering dikaitkan dengan penyakit yang menyerang orang tua. Tetapi hal ini tak lantas membuat orang muda terhindar dari penyakit ini.
Setiap orang dari berbagai usia sebenarnya bisa terserang stroke. Bahkan hampir 25 persen penderita stroke merupakan mereka yang berusia di bawah 65 tahun.
Selain itu, setelah seseorang berusia di atas 35 tahun, risiko stroke bisa meningkat dua kali lipat setiap 10 tahun. Pada orang muda, stroke sering dikaitkan dengan penyakit sel sabit atau kondisi tidak adanya sel darah merah yang sehat untuk mengantar oksigen.
Kemudian stroke pada orang muda juga dikaitkan dengan kelainan pembuluh darah seperti aneurisma (penggelembungan di salah satu bagian yang lemah dari dinding pembuluh darah yang berkembang bersama perubahan usia menjadi tua) atau penyalahgunaan kokain dan obat lain.
Banyak orang yang percaya jika stroke tidak dapat disembuhan. Meski demikian, ada banyak faktor risiko yang bisa dihindari untuk stroke seperti tekanan darah yang tidak terkontrol, kolesterol tinggi atau trigliserida, dan kebiasaan merokok yang bisa melipatgandakan risiko tersebut.
Tak hanya itu, ada kebiasaan lain yang sebenarnya bisa dikurangi untuk mencegah penyakit ini antara lain terapi obat-obatan dan memperbaiki gaya hidup seperti menguranagi berat badan.
Baca juga: Stroke Dapat Terjadi Pada Anak, Ketahui Gejala dan Penyebabnya
Stroke merupakan keadaan darurat medis. Jika Anda menemui gejala stroke seperti kelumpuhan, penglihatan ganda, kehilangan penglihatan, tiba-tiba merasakan kesulitan bicara, pusing yang tidak dapat dijelaskan, dan kehilangan keseimbangan, maka segera hubungi petugas medis terdekat.
Kebanyakan stroke menyebabkan sedikit atau tidak ada rasa sakit. Meski demikian, beberapa orang mengira stroke bisa menyebabkan sakit kepala yang buruk dan rasa nyeri lain.