Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Psikopat?

Kompas.com - 12/10/2019, 06:20 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Psikopat juga sangat egosentris dengan kemampuan dan kecerdasan yang umumnya di atas rata-rata.

Para psikopat kriminal pada awalnya juga memiliki kecenderungan berbuat keji pada masa lalu.

Kekejian itu bisa jadi dianggap remeh seperti menyakiti binatang, yang kemudian meningkat pada manusia.

Melansir dari New York Post sepertu dikutip Kompas.com, 21 Oktober 2017, para peneliti di Norwegia yang mendatangi sebuah penjara dengan pengamanan yang maksimal, menemukan bahwa narapiana psikopat dipengaruhi oleh trauma masa lalu.

Trauma itu misalnya, diabaikan orangtua saat masa kecil, serta kekerasan seksual yang ia alami.

"Kekerasan-kekerasan para penjahat tersebut adalah usaha mereka untuk menggambarkan rasa traumanya di masa kecil, namun hanya caranya yang salah," kata Dr. Aina Gullhagen salah satu dari para peneiti tersebut

Psikopat kurang memiliki emosi

Seorang psikopat, kerap merasa tidak bersalah atas perbuatannya yang merugikan orang lain karena cara berpikir mereka yang berbeda.

Pengalaman James Fallon, profesor neurosains dari University of California, menunjukkan hal tersebut.

Suatu ketika, Fallon bertanya kepada seorang psikopat tentang kemungkinannya menyesali perbuatannya.

Namun, ia mendapatkan jawaban yang mengejutkan.

"Yang benar saja! Dia (si perampok) sengsara berbulan-bulan di rumah sakit dan aku membusuk di penjara. Aku tidak membunuhnya. Aku mencoba membebaskannya dari sengsara. Kalau aku membunuh, akan kulakukan dengan cara mengiris tenggorokannya (bukan dengan menikam). Seperti itulah aku. Aku mencoba membebaskannya," demikian Fallon menirukan jawaban psikopat tersebut.

Pada diri psikopat, biasanya jarang mengalami tangan yang berkeringat karena stres maupun grogi.

Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk berempati pada kemarahan, ketakutan, dan kesedihan.

Penelitian yang dilakukan oleh Valeria Gazola, yang dipublikasikan Jurnal Brain, menunjukkan, empati pada seorang yang menderita psikopat harus dipancing.

Jika pada manusia normal empati adalah sesuatu yang otomatis muncul saat melihat kesedihan atau ketidakadilan, bagi psikopat, otak mereka tidak demikian.

Mereka akan berempati jika menginginkannya.

Hal inilah yang menjelaskan kenapa seoang psikopat bisa begitu menawan sekaligus manipulatif.

Untuk itu, terapi yang disarankan bagi psikopat bukan mengajarkan mereka untuk berempati,.

Akan tetapi, yang diperlukan adalah mendorong mereka untuk dilatih selalu berempati, sebelum kekerasan menjadi bagian dari gaya hidup mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com