Mereka adalah generasi milenial yang lahir antara 1981 sampai 1996 atau saat ini berusia 22-37 tahun.
Pada 2020, diperkirakan 60 persen dari total populasi Indonesia adalah generasi milenial.
Pertanyaan berikutnya, berapa gaji mereka?
Saat ini, rata-rata pendapatan per kapita atau pendapatan orang Indonesia per tahun sebesar Rp 56 juta atau Rp 4,6 juta per bulan.
Angka ini memang terbilang kecil dan tak menggambarkan para pekerja kerah putih Jakarta.
"Kalau kita lihat rata-rata milenial di Jakarta dan kota besar gajinya Rp 7,5 juta," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda.
Lalu, mampukah mayoritas kelompok penghasilan itu membeli rumah?
Mari kita simulasikan pembelian rumah dengan cara yang paling umum, yakni kredit.
Katakanlah gaji anda saat ini Rp 7,5 juta atau hampir dua kali lipat UMP Jakarta. Besar pengeluaran untuk rumah, idealnya tak melebihi 30 persen dari penghasilan.
Maka dengan penghasilan Rp 7,5 juta, besar pengeluaran untuk rumah atau cicilan tak boleh lebih dari Rp 2,5 juta.
"Kalau cicilannya Rp 2,5 juta maka harga rumahnya Rp 300 juta, di Jakarta udah enggak ada. Ini kan dilema bagi milenial," ujar Ali.
Ada rusunami DP 0 rupiah milik Pemprov DKI di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Cicilannya Rp 1,1 juta per bulan selama 20 tahun untuk tipe studio (21 meter persegi).
Tapi syaratnya Anda harus ber-KTP DKI selama 5 tahun. Unit rusunami diprioritaskan bagi yang sudah berkeluarga dengan penghasilan tak lebih dari 7 juta per bulan.
Namun menurut Ali, rusunami DP 0 tak bisa diharapkan sebab baru terbangun satu tower.
"Ini belum bisa jadi model, belum ada yang masif," kata Ali.
Uang muka longgar tak jadi jaminan
Jangan lupa, itu baru simulasi cicilan. Pembelian rumah mensyaratkan adanya uang muka.
Tahun lalu, uang muka untuk rumah pertama minimal 10 persen dari harga rumah. Kini Bank Indonesia membebaskan uang muka bagi rumah pertama.
Besaran uang muka, memang diserahkan ke masing-masing pengembang dan bank. Namun pada umumnya, pengembang dan bank tetap mensyaratkan uang muka, dari 5 hingga 20 persen harga rumah.
"Enggak banyak bank mau, minimal lima persen lah untuk menghindari risiko kredit macet," ujar Ali.
Bagi yang lupa, pada 2008 Amerika Serikat pernah mengalami krisis yang nyaris menghancurkan perekonomiannya.