Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jawaban Anies soal Polusi Udara DKI Jakarta yang Disorot Prabowo dalam Debat Capres-Cawapres

Sebagai informasi, debat perdana ini dikhususkan bagi capres masing-masing pasangan untuk memaparkan visi-misi, serta tanya jawab terkait tema dan subtema yang sudah ditentukan.

Dalam salah satu kesempatan, Prabowo Subianto menanyakan persoalan polusi udara yang pernah melanda DKI Jakarta kepada Anies Baswedan.

Prabowo pun sempat menyinggung tingginya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta, tetapi persoalan polusi udara tak kunjung teratasi.

"Selama Mas Anies memimpin, sering sekali DKI Jakarta menerima indeks polusi tertinggi di dunia. Bagaimana dengan anggaran Rp 80 triliun Pak Anies sebagai gubernur tidak dapat berbuat sesuatu yang berarti untuk mengurangi polusi?” tanya Prabowo.

Lantas, apa jawaban Anies soal ini?

Analogi polusi Jakarta dengan Covid-19

Menanggapi pertanyaan itu, Anies membuka jawabannya dengan menyoroti kurang akuratnya data yang disampaikan oleh Prabowo.

Anies pun menganalogikan persoalan udara di Jakarta dengan Covid-19 yang sempat melanda beberapa tahun ini.

“Ketika satu daerah mengatakan di tempat kami tidak ada Covid-19, di tempat kami Covid-19 banyak, lalu yang tidak ada Covid-19, kami tanya kenapa tidak ada Covid-19, 'kami tidak punya alat testing, Pak'. Karena tidak punya alat testing, maka tidak ada Covid-19. Yang punya alat testing, maka ada Covid-19,” kata Anies.

Prabowo kemudian menyela penjelasan Anies, karena dinilai tidak sesuai dengan pertanyaannya.

“Saya tidak tanya Covid-19, saya tanya polusi,” ucap Prabowo.

Polusi udara disebut dari luar Jakarta

Dalam penjelasannya, Anies mengeklaim telah memasang alat pemantau polusi udara di Jakarta.

Dari alat pemantau itu, ia menyebutkan bahwa polusi udara tidak berasal dari Jakarta.

“Bila masalah polusi udara itu bersumber dari dalam Kota Jakarta, maka hari ini, besok, minggu depan konsisten selalu akan kotor. Tapi apa yang terjadi, ada hari di mana kita (Jakarta udaranya) bersih, ada hari di mana kita (Jakarta udaranya) kotor,” terangnya.

"Polusi udara tak punya KTP, angin tak ada KTP-nya. Angin itu bergerak sana sini, ketika polutan yang muncul dari pembangkit listrik tenaga uap mengalir ke jakarta,” tambahnya.

Ia memaparkan, Jakarta memiliki indikator atau monitor terhadap polusi udara. Oleh karena itu, kualitas udara di Jakarta bisa dimonitor.

Kondisi ini mungkin tidak terjadi di sejumlah daerah lain, seperti Lampung dan wilayah Sumatera lain.

“Ketika anginnya bergerak ke arah Lampung, ke arah Sumatera, ke arah Laut Jawa, di sana tidak ada alat monitor, maka tidak muncul, dan Jakarta pada saat itu bersih. Kalau problemnya dari dalam kota (Jakarta) saja, maka konsisten tiap waktu (polusi udaranya),” jelas dia.

Meski begitu, Anies tidak menampik jika Jakarta memiliki masalah polusi udara. Ia pun telah melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi persoalan tersebut.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Anies adalah mengendalikan emisi kendaraan bermotor.

“Pengujian emisi sekarang wajib,” terang dia.

Selanjutnya, Anies juga mengalihkan kendaraan umum di Jakarta menggunakan tenaga listrik dan meningkatkan penggunaan kendaraan umum oleh masyarakat Jakarta.

“Dulu yang naik (kendaraan umum) 350 ribu per hari, sekarang 1 juta per hari,” jelasnya.

Mendengar jawaban Anies, Prabowo pun mempertanyakan pernyataan Anies yang menyalahkan angin dalam persoalan ini.

Padahal, persoalan itu wajib ditangani oleh pemerintah.

“Ya susah kalau kita menyalahkan angin dari mana saja. Jadi saya bertanya dengan anggaran segitu besar, langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk dengan riil dalam 5 tahun mengurangi polusi juga, di mana rakyat Jakarta begitu banyak yang mengalami sakit pernapasan,” kata Prabowo.

“Jadi saya kira, kalau kita dengan gampang menyalahkan angin hujan dan sebagainya, ya mungkin tidak perlu ada pemerintahan kalau begitu,” sambungnya.

Anies pun diberi kesempatan untuk menanggapi sanggahan Prabowo.

Dalam tanggapannya, ia mengeklaim kebijakan penanganan polusi di Jakarta berbasis data.

“Jumlah motor dari hari ke hari sama, jumlah mobil dari ke hari sama. Maka, harusnya angka polusinya sama setiap waktu. Betul tidak?” imbuhnya.

Namun, dengan jumlah kendaraan yang sama, kualitas udara di Jakarta justru tak menentu. Hal ini mengindikasikan bahwa persoalan udara juga tak lepas dari luar wilayah kepemimpinannya.

“Nanti kalau perlu, saya kirimkan gambar satelitnya kepada Bapak (Prabowo). Supaya Bapak bisa menyaksikan,” ucap Anies.

Anies pun berjanji berjanji akan mengatasi polusi udara dari luar Jakarta, jika terpilih menjadi presiden.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/13/074500265/jawaban-anies-soal-polusi-udara-dki-jakarta-yang-disorot-prabowo-dalam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke