KOMPAS.com - Jahe adalah tanaman akar asal Asia Tenggara dengan ciri khas rasa dan manfaat kesehatan yang kuat.
Selain untuk menyedapkan masakan, sejumlah penelitian telah mengungkap banyak khasiat saat mengonsumsi rimpang jahe.
Rimpang ini mengandung vitamin C, magnesium, dan kalium yang membantu meningkatkan kesehatan tubuh.
Namun, dilansir dari laman UCLA Health, senjata rahasia yang menyimpan banyak manfaat dari tanaman ini adalah kandungan alami bernama gingerol.
Gingerol merupakan minyak alami yang memberikan rasa dan aroma unik pada jahe. Kandungan ini juga bekerja sebagai antioksidan dan antiinflamasi yang mencegah berbagai penyakit kronis.
Terlepas dari manfaatnya, mengonsumsi jahe baik dalam dosis sedang maupun besar dapat memberikan dampak buruk pada orang dengan kondisi tertentu.
Lantas, siapa saja orang yang tak dianjurkan mengonsumsi jahe?
Kondisi yang tak dianjurkan konsumsi jahe
Meski jahe secara umum dianggap aman untuk dikonsumsi, ada kalanya seseorang dianjurkan untuk membatasi atau bahkan menghindarinya sama sekali.
Berikut sejumlah kondisi yang tak dianjurkan untuk makan atau minum jahe:
1. Hemofilia
Dilansir dari laman Well and Good, kekhawatiran paling penting saat mengonsumsi rimpang ini adalah orang yang memiliki kelainan darah seperti hemofilia.
Hemofilia adalah kondisi medis saat darah sulit membeku. Gangguan ini ditandai dengan kemunculan banyak memar, nyeri dan pembengkakan sendi, serta darah yang tak berhenti mengalir saat terluka.
Jahe memiliki sifat antikoagulan atau pengencer darah yang ringan, sehingga dapat meningkatkan risiko pendarahan pada orang dengan hemofilia.
2. Konsumsi obat pengencer darah
Karena sifat antikoagulannya, siapa pun yang mengonsumsi obat pengencer darah, seperti warfarin atau aspirin, juga perlu berhati-hati terhadap jahe.
Sebab, rutin mengonsumsi jahe bersamaan dengan obat-obatan tersebut berpotensi memperkuat efek pengencer darah.
Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat memperburuk pendarahan atau memar yang berlebihan pada tubuh.
Warfarin atau aspirin sendiri biasanya dikonsumsi oleh orang dengan penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung, serta pasca-operasi penggantian katup jantung, untuk mencegah pembekuan darah.
Konsumsi jahe dalam bentuk olahan apa pun sebenarnya bermanfaat membantu menurunkan kadar glukosa darah.
Namun, penderita diabetes perlu memantau kadar gula darahnya dengan cermat jika mengonsumsi jahe dalam jumlah besar.
Mereka yang rutin minum obat diabetes, seperti insulin atau obat antidiabetes oral, pun wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum mulai mengonsumsi jahe.
Konsultasi bertujuan untuk mengetahui dosis obat dan jahe yang perlu diminum agar gula darah tetap stabil dan tidak anjlok.
4. Riwayat asam lambung
Orang yang memiliki riwayat penyakit asam lambung atau refluks asam juga harus mewaspadai asupan jahe.
Penyakit asam lambung adalah kondisi saat cairan asam lambung naik ke esofagus atau kerongkongan.
Dipicu pola makan tak teratur dan stres, penderita umumnya akan merasakan gejala seperti nyeri panas di dada atau heartburn setelah makan dan memburuk ketika berbaring.
Dikutip dari Medical News Today, asupan jahe berlebihan dapat memperburuk gejala asam lambung.
Berdasarkan sebuah tinjauan sistematis pada 2020, sebanyak 16 dari 109 penelitian dan ulasan yang diperiksa melaporkan heartburn sebagai efek samping minum air rebusan jahe terlalu banyak.
Namun, artikel pada 2014 menemukan, mengonsumsi 1 gram hingga 1,5 gram jahe kering per hari dapat membantu meredakan sensasi nyeri terbakar di dada.
5. Tekanan darah tinggi
Orang dengan tekanan darah tinggi perlu berhati-hati saat mengonsumsi rimpang jahe dalam bentuk apa pun.
Bukan karena jahe meningkatkan tekanan darah, melainkan efeknya yang dinilai cukup efektif dalam mengontrol tensi.
Faktanya, beberapa penelitian, seperti penelitian pada 2019 yang diterbit dalam Phytotherapy Research menunjukkan, jahe dapat menurunkan tekanan darah pada orang dengan hipertensi.
Namun, orang yang rutin minum obat untuk mengendalikan tekanan darah tinggi dan mengonsumsinya bersama jahe, justru berisiko membuat tensi anjlok.
Oleh karena itu, perlu konsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk menyesuaikan dosis obat maupun jahe yang akan dikonsumsi.
6. Hamil
Sejumlah penelitian telah membuktikan, jahe efektif untuk meredakan mual pada wanita hamil. Kendati demikian, konsumsi jahe pada wanita hamil pun tak dapat sembarangan.
Rimpang ini memiliki efek antikoagulan yang dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita hamil.
Sebelum mulai mengonsumsi jahe, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
Bagi orang dengan kondisi normal atau tanpa masalah kesehatan, jahe umumnya aman dikonsumsi setiap hari.
Namun, para ahli menyarankan untuk membatasi maksimal 3-4 gram sehari, serta 1 gram jahe sehari untuk wanita hamil.
Mengonsumsi lebih dari 6 gram jahe sehari telah terbukti menyebabkan masalah pencernaan, seperti refluks asam, mulas, dan diare.
Sementara itu, 1 gram jahe setidaknya setara dengan:
https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/03/070000865/6-kondisi-tubuh-yang-tak-dianjurkan-konsumsi-jahe-berapa-dosis-amannya-