Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Erupsi Gunung Merapi 13 Tahun Silam dan Akhir Hidup Sang Juru Kunci

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung vulkanik paling aktif dengan ketinggian sekitar 2.968 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Sehari sebelum letusan, tepatnya pada 25 Oktober 2010 pagi, warga lereng Gunung Merapi sudah mulai diungsikan.

Dikutip dari Harian Kompas (26/10/2010), evakuasi warga antara lain dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung.

Warga desa tersebut dievakuasi untuk mengantisipasi Gunung Merapi yang bisa erupsi sewaktu-waktu.

Gunung Merapi beralih status

Saat evakuasi dilakukan, Gunung Merapi beralih status dari Siaga menjadi Awas.

Balai Desa Kaliurang menjadi titik kumpul warga tiga dusun. Evakuasi dimulai sekitar pukul 08.00, hanya berselang tiga jam setelah Gunung Merapi beralih status dari siaga menjadi awas, Senin pukul 06.00.

Evakuasi yang dilaksanakan mendadak pada pagi hari sontak membuat warga lereng Gunung Merapi terkejut.

Peralihan status Gunung Merapi dan upaya evakuasi yang begitu cepat dilaksanakan juga membuat 35 siswa yang sedang belajar di SD Kaliurang 02 panik dan ketakutan.

Ketika dibimbing masuk ke Balai Desa Kaliurang, sebagian besar dari mereka menangis histeris karena cemas akan bahaya bencana erupsi Merapi.

Gunung Merapi Erupsi

Dilansir dari Harian Kompas (27/10/2023), 26 Oktober 2010 sore, tiga dentuman besar letusan Merapi terjadi pada pukul 18.10 WIB, 18.15 WIB, dan 18.25 WIB.

Letusan Gunung Merapi terjadi sekitar 35 jam sejak statusnya dinaikkan menjadi Awas yang diawali suara gemuruh besar.

Gemuruh besar terjadi sejak pukul 18.00 yang terdengar dari pos pengamatan Gunung Merapi di Jrakah (Kabupaten Magelang) dan Selo (Kabupaten Boyolali).

Pengamat di Pos Selo melihat nyala api di puncak Merapi yang diikuti bumbungan asap berketinggian sekitar 1,5 kilometer.

Letusan eksplosif gunung di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah itu diikuti hujan abu yang meluas.

Dari data kronologi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi di Yogyakarta, fase awal erupsi ditandai munculnya awan panas (wedhus gembel) pukul 17.02 WIB dengan durasi sembilan menit.

Luncuran pertama diikuti lima luncuran awan panas berdurasi 2-5 menit dan dua awan panas besar pada pukul 17.42 WIB selama 33 menit dan 18.21 WIB selama 33 menit.

Arah luncuran terpantau ke sektor barat-barat daya dan sektor selatan-tenggara. Gelombang awan panas itu mereda pukul 18.54 WIB.

Pada saat itu juga, BPPTK memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau Gunung Merapi mengevakuasi diri karena dampak letusan bisa mengarah ke segala arah.

Mbah Maridjan saat erupsi terjadi

Dikutip dari Harian Kompas (27/10/2010), Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan (72) menjadi salah satu orang yang tidak ingin dievakuasi meski terjadi erupsi diikuti sirene panjang pada pukul 17.58 WIB.

Saat itu, Mbah Maridjan tengah menunaikan shalat Maghrib di masjid yang terletak beberapa ratus meter dari rumahnya.

Ia menolak dievakuasi dan tetap berada di masjid bersama satu anak lelakinya. Sedangkan cucu-cucu, menantu, dan kerabatnya dijemput kendaraan untuk mengungsi.

Rumah juru kunci yang memperoleh gelar dari Keraton Yogyakarta Mas Penewu Surakso Hargo itu sangat dekat dengan puncak Merapi.

Jaraknya sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi. Meskipun masuk dalam kawasan rawan bencana, Mbah Maridjan bersikukuh tidak mau mengungsi.

Sejumlah warga Dusun Kinahrejo, Desa Pelemsari, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DIY, tempat rumah Mbah Maridjan berada, percaya pada sosok juru kunci itu sehingga turut menolak dievakuasi.

Korban meninggal

Dilansir dari Kompas.com (26/10/2019), erupsi tersebut lebih besar dibanding dengan tahun 2006. Sebab, energi yang keluar lebih besar.

Akibat kejadian ini, 32 orang meninggal termasuk Mbah Maridjan dan wartawan Vivanews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho.

Mbah Maridjan ditemukan meninggal di rumahnya. Sementara jenazah 30 korban lainnya ditemukan di Dusun Kinahrejo, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.

Adapun satu korban lain meninggal setelah dievakuasi ke RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta.

Tak hanya sekali, erupsi dan banjir lahar dingin yang terjadi di Merapi pada Oktober hingga November 2010 menyebabkan hilangnya nyawa 151 orang.

Angka pengungsi juga naik menjadi 320.090 jiwa. Rentetan erupsi Merapi juga menyebabkan 291 rumah rusak dan satu tanggul di Desa Ngepos jebol akibat luapan lahar dingin.

(Sumber: Kompas.com/Rosiana Haryanti | Editor: Resa Eka Ayu Sartika)

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/26/084500165/erupsi-gunung-merapi-13-tahun-silam-dan-akhir-hidup-sang-juru-kunci

Terkini Lainnya

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Tren
Kekuasaan Sejarah

Kekuasaan Sejarah

Tren
Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Tren
Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Tren
Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Tren
Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Tren
Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Tren
Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Tren
Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Tren
Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Tren
Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Tren
Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Tren
Cara Melihat Nomor Sidanira untuk Daftar PPDB Jakarta 2024

Cara Melihat Nomor Sidanira untuk Daftar PPDB Jakarta 2024

Tren
Kronologi Balita 2 Tahun di Sidoarjo Meninggal Usai Terlindas Fortuner Tetangga

Kronologi Balita 2 Tahun di Sidoarjo Meninggal Usai Terlindas Fortuner Tetangga

Tren
Sosok Kamehameha, Jurus Andalan Son Goku yang Ada di Kehidupan Nyata

Sosok Kamehameha, Jurus Andalan Son Goku yang Ada di Kehidupan Nyata

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke