Ayya, panggilan akrabnya merupakan siswa di SMAIT Ihsanul Fikri, Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Ia bersama 1.568 orang lainnya mewakili Tanah Air untuk mengikuti kegiatan dalam jambore dunia di Saemangeum, Korea Selatan selama 1-12 Agustus 2023.
Untuk bisa mengikuti acara empat tahunan ini, setiap Kwartir Gerakan Pramuka dapat mendaftarkan anggota yang berusia 14-17 tahun ke Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka.
Sebagai salah satu perwakilan dari Jawa Tengah, Ayya mengaku tidak menyangka bisa terlibat dalam acara ini.
"Kalau pas pertama kali itu masih enggak nyangka aku beneran ikut jambore dunia, dan ini juga pertama kalinya aku ke luar negri, apalagi tanpa orangtua," ceritanya kepada Kompas.com, Minggu (6/8/2023).
Meski sempat terkendala cuaca panas dan fasilitas yang ada, Ayya mengaku sudah bisa beradaptasi dan enjoy mengikuti kegiatan jambore tersebut. Pihak panitia juga disebutkan terus berbenah menutupi kekurangan, baik dari segi fasilitas dan suplai makanan.
Berikut cerita selengkapnya:
Ayya beserta rombongan berangkat ke Korea Selatan pada Senin (31/7/2023). Mereka kemudian sampai di lokasi jambore pada Selasa (1/8/2023).
Begitu tiba di lokasi jambore, ia mengaku terkejut karena ternyata cuaca Korea Selatan sangat panas.
"Pertama kali ke sini, enggak expect ternyata Korea bakal sepanas ini. Biasanya yang di drakor (drama Korea) dingin gitu. Ternyata mereka syutingnya emang di musim gugur dan dingin," lanjutnya.
Hal yang dilihatnya melalui serial Korea sangat berbeda dengan apa yang dirasakannya sewaktu mengikuti jambore. Terlebih lagi, Negeri Ginseng saat ini sedang musim panas. Bahkan, musim panas yang melanda termasuk paling panas dari biasanya.
Usai tiba di lokais jambore, peserta langsung mendirikan tenda untuk tempat tidur. Satu tenda diisi dua peserta.
Selama berada di arena perkemahan, Ayya mengakui cuacanya sangat panas. Sejak pukul 7 dan 8 pagi, udaranya juga sudah mulai panas.
"Jadi lebih baik jangan tempatkan diri di tenda. Udara di tenda enggak bisa keluar," tambah dia.
Karena itu, para peserta memilih berteduh di atap tenda yang didirikan penyelenggara. Di sana, para peserta dapat mengobrol dan masak bersama.
Ia menjelaskan, lokasi perkemahan tersebut awalnya laut yang dikeringkan menjadi daratan. Karena itu, tanahnya menjadi lembek dan berlumpur saat basah.
"(Kita sampai saat) tanahnya masih dalam keadaan basah. Jadi kita bawa koper ke sini itu berat di atas tanah basah," tambahnya.
Meski begitu, Ayya menyebutkan hujan tidak pernah turun beberapa hari belakangan. Ini membuat tanah di area jambore menjadi kering.
Sayangnya, mobil yang lewat di area perkemahan saat tanahnya masih basah meninggalkan bekas ban. Ketika tanah mengering seperti sekarang, bekas ban itu membuat jalan menjadi tidak rata.
Sempat sulit beradaptasi
Ayya mengakui dirinya sempat merasa khawatir di hari-hari pertamanya berada di perkemahan. Ada juga peserta yang menangis dan minta pulang.
"Waktu hari pertama aku tinggal di tenda dengan banyaknya kekurangan, aku selalu mikir, emang aku bisa ya bertahan hidup di sini. Apalagi kami harus tinggal di sini sampai 14 hari," ujar dia.
Meski begitu, ia menyadari sebagai anak Pramuka harus mencoba beradaptasi dengan kekurangan di sekelilingnya.
Keyakinan ini membuatnya terus belajar dari kekurangan yang dirasakan. Ayya juga membangun kerja sama dengan tim Indonesia.
Jika ada yang kelaparan, mereka akan saling berbagi makanan. Ketika ada yang kehabisan baterai di ponselnya, mereka saling meminjamkan bank daya.
Tidak hanya dengan sesama orang Indonesia, ia juga belajar berinteraksi dan minta bantuan kepada orang asing dari luar negeri.
Menurut dia, unitnya tidak kekurangan makanan. Mereka masih bisa membeli ke convenient store yang disediakan penyelenggara. Namun, lokasinya agak jauh dan harus mengantre di bawah udara panas.
Sayangnya, Ayya mengungkapkan kelompoknya menemukan makanan haram mengandung babi pemberian panitia. Padahal, kontingen Indonesia telah memesan makanan halal. Kejadian ini cukup mengejutkan bagi mereka.
"Ada crackers. Kita iseng pakai Google Translate ternyata mengandung babi. Pagi ini, kok ada lagi. Semacam jeli gitu," katanya.
Tidak hanya itu, Ayya juga mengatakan, penyelenggara menyediakan kamar mandi di dalam gedung yang antarbiliknya hanya disekat menggunakan kain.
Gantungan baju yang ada cuma dari besi untuk menaruh baju. Selain itu, lubang kamar mandi juga kurang miring sehinga airnya menggenang.
Di sisi lain, hanya tersedia sedikit toilet yang ada semprotan airnya untuk buang air. Banyak toilet yang tidak ada airnya. Kondisi toilet juga jorok dan banyak sampah tisu kotor.
Meski demikian, Ayya menyatakan dirinya belum pernah antre terlalu lama saat akan ke kamar mandi.
Meski terdapat banyak kekurangan dari segi fasilitas maupun masalah kesehatan yang dialami peserta, Ayya menyatakan pihak pemerintah Korea Selatan langsung berusaha memperbaiki kegiatan tersebut.
"Dengan banyaknya keluhan masyarakat tentang WSJ (World Scout Jamboree) ini, pemerintah Korea langsung dengan cepat menambah fasilitas yang memang kami butuhkan," ungkapnya.
Menurut dia, pemerintah korea sudah menurunkan anggota militer, polisi, pemadam kebakaran, UNICEF, serta Palang Merah Korea untuk mengatasi kondisi di sana.
Penyelenggara juga menambah shuttle bus untuk transportasi warga perkemahan. Bus yang awalnya berjalan setiap 10 menit, sekarang menjadi tiap 5 menit.
"Kadang saya melihat justru busnya yang mengantre untuk mengantar warga perkemahan," lanjut dia.
Ayya juga memastikan panitia menyediakan air mineral botol kemasan di area-area yang dilewati peserta untuk mencegah dehidrasi.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/07/083000665/cerita-ayya-wakil-indonesia-di-jambore-pramuka-dunia-korea-selatan