Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa yang Akan Terjadi Saat Manusia Berhenti Menangkap Ikan?

KOMPAS.com - Memancing atau menangkap ikan adalah salah satu kegiatan yang banyak dilakukan sebagian orang ketika berada di sungai, laut, maupun perairan yang memungkinkan adanya biota air.

Namun, tahukah Anda bahwa manusia telah mengubah lautan di Bumi ini dan mengurangi total biomassa ikan sekitar 100 juta ton sejak zaman prasejarah?

Dilansir dari BBC, diperkirakan sekitar 90 persen dari stok ikan di Bumi telah habis. Meski begitu, ada gerakan yang terus berkembang untuk mengubah hal ini.

Tahun ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menandatangani perjanjian "laut lepas" yang bertujuan untuk melindungi kehidupan laut di wilayah lautan lepas yang tidak dikontrol oleh negara mana pun.

Lantas, apa yang akan terjadi ketika manusia berhenti menangkap ikan?

Apa yang terjadi ketika manusia berhenti menangkap ikan?

Pada 2016, seorang profesor ilmu kelautan di Universitas Stanford, Stephen Palumbi turun dari kapal ke laguna di Bikini Atol, bagian dari Kepulauan Marshall, bersama dengan rekannya Elora Lopez Nandam, seorang peneliti pascadoktoral di California Academy of Sciences.

Di tempat inilah, pada 1 Maret 1954, Amerika Serikat melakukan uji coba termonuklir terbesarnya. Hingga membuat wilayah ini "tandus" tanpa biota air, dan tidak dilirik oleh para pencari ikan selama bertahun-tahun.

Keduanya kemudian menyelam di Kawah Bravo, sebuah cekungan sedalam 75 meter dan lebar 1,5 kilometer di bagian utara gugusan pulau tersebut.

Kolom air di sana relatif rendah radiasi. Namun, sedimen di dasar laut menceritakan kisah lain.

Di mana, sedimen tersebut memiliki konsentrasi plutonium, amerisium, dan bismut yang tinggi, bahkan lebih tinggi daripada tempat lain di Kepulauan Marshall.

Lebih dari enam dekade kemudian selepas percobaan bom atom AS, Palumbi dan rekannya terkesima dengan apa yang mereka lihat. Di mana, bagian tengah kawah masih relatif tandus dengan lapisan lumpur yang tebal.

Namun di bagian pinggirnya, mereka menemukan tempat perlindungan tersembunyi, di mana kawanan ikan kecil-kecil mengitari batu-batu karang seukuran mobil kecil, hiu blacktip, dan hiu karang abu-abu yang berbentuk seperti torpedo terlihat di mana-mana.

Meskipun berjuang melawan efek radiasi yang diperkirakan telah menciptakan populasi hiu mutan kehilangan sirip punggung kedua, namun terumbu karang itu masih sangat hidup.

Selain itu, ada juga ikan-ikan berukuran lebih besar dibandingkan dengan ikan yang Anda temukan di tempat-tempat yang sering dijarah untuk diambil ikannya.

Habitat ikan, muncul kembali di tempat ini, dan populasinya meningkat dari tahun ke tahun.

Tidak seperti banyak hewan yang telah dieksploitasi secara berlebihan di daratan, ikan memiliki kemampuan yang menakjubkan untuk pulih kembali.

Hingga untuk saat ini, gagasan bahwa manusia akan mengosongkan lautan di planet masih sangat kecil kemungkinannya dan masih diperdebatkan.

Populasi meledak

Pada Maret 2006, George W Bush, presiden AS menciptakan Monumen Nasional Kelautan Papahanaumokuakea, yang sekarang menjadi kawasan konservasi laut terbesar di dunia.

Tidak seperti kawasan konservasi laut lainnya yang luas, yang masih mengizinkan penangkapan ikan, cagar alam yang baru ini memberlakukan larangan total.

"Kami mulai melihat efeknya setelah sekitar satu setengah tahun," kata John Lynham, seorang profesor ekonomi di University of Hawaii yang memiliki spesialisasi di bidang pemulihan laut.

Sedangkan seperti di Bikini Atoll, peristiwa besar lainnya terjadi pada saat Perang Dunia II pada September 1939. Di mana selama enam tahun, laut utara hampir seluruhnya tidak ada kegiatan penangkapan ikan.

Seiring dengan bahaya yang ditimbulkan oleh ranjau, kapal perang, dan pengeboman terhadap armada sipil, menyebabkan jumlah kapal penangkap ikan menyusut drastis selama perang.

Ikan-ikan di laut utara pun mengambil keuntungan penuh, hingga populasi mereka meledak.

Tragisnya, ketika operasi reguler dilanjutkan, kelimpahan ikan pascaperang berkontribusi pada ledakan penangkapan ikan yang menyebabkan eksploitasi yang belum pernah ada sebelumnya.

Tentu saja, tidak peduli seberapa serius manusia melakukan pelarangan penangkapan ikan, beberapa kerusakan tidak akan pernah bisa dipulihkan.

Tragedi penangkapan ikan yang berlebihan membuat banyak spesies laut lenyap dari lautan selamanya.

Bahkan bagi mereka yang masih ada, terdapat banyak hambatan lain yang menghalangi pemulihan penuh, mulai dari hilangnya habitat hingga kepunahan lokal.

Efek terbesar, dirasakan oleh spesies hiu.

Efek jika perburuan ikan dilakukan masif

Lautan dalam adalah kuburan ketika makhluk yang berukuran besar seperti ikan besar, hiu, atau paus mati akan tenggelam ke dasar laut.

Saat mati, mereka sering kali terkubur dalam sedimen anoksik yang merupakan pengawet alami yang mencegah mereka terurai sepenuhnya dan memerangkap karbon dalam tubuh mereka selama ribuan tahun.

Namun, selama satu abad terakhir, manusia telah mengosongkan lautan dunia dari para raksasa ini. Akibatnya, penyerap karbon ini tidak beroperasi pada kapasitas biasanya.

Menurut sebuah analisis, hal ini berarti penangkapan ikan telah melepaskan setidaknya 0,73 miliar ton karbon dioksida sejak 1950, kurang lebih sama dengan seluruh emisi Jerman pada 2021.

Belum lagi kekuatan destruktif dari teknik penangkapan ikan tertentu, seperti pukat harimau, yang mengganggu sedimen perangkap karbon di dasar laut, dan menyebabkan emisi tahunan yang setara dengan seluruh industri penerbangan.

Kendati demikian, Palumbi menekankan bahwa dunia tanpa perikanan juga akan memiliki kekurangan besar, terutama bagi orang-orang yang saat ini bergantung pada lautan untuk mendapatkan penghasilan, makanan pokok, atau sumber protein.

"Jika kita hanya berbicara tentang armada penangkapan ikan industri mekanis di lautan, itu satu hal. Namun, kita juga harus benar-benar mengingat bahwa setidaknya ada ratusan juta orang yang bergantung pada perikanan berskala kecil," katanya.

"Bahkan memancing, memainkan peran yang cukup penting bagi kehidupan banyak orang," tambahnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/02/120000865/apa-yang-akan-terjadi-saat-manusia-berhenti-menangkap-ikan-

Terkini Lainnya

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke