Penelitian tersebut bertujuan untuk mencari tahu manfaat atau efek kandungan dan potensi tertentu sebagai tujuan menambah ilmu pengetahui manusia.
Hewan pengerat itu kemudian akan menunjukkan perubahan fisik atau perilaku sebagai obyek percobaan dalam penelitian biomedis tersebut.
National Association for Biodemical Research (NABR) mencatat, setidaknya 95 persen hewan laboratorium yang digunakan adalah tikus.
Lantas, mengapa tikus sering dijadikan obyek percobaan?
4 Alasan tikus sering dijadikan obyek percobaan
Dihimpun dari berbagai sumber, setidaknya ada empat alasan mengapa tikus sering dijadikan obyek percobaan dalam penelitian biomedis, antara lain:
1. Kesamaan genetik
Dikutip dari MedicalNewsToday, tikus diketahui memiliki genetik yang sama dengan manusia. Sehingga, hal itu menandakan bahwa tikus kemungkinan mempunyai penyakit yang sama dengan manusia.
Dengan demikian, para ilmuwan dapat memanipulasi genom untuk memodelkan penyakit atau menguji obat tertentu.
Misalnya, peneliti dapat menambahkan atau menghapus gen tertentu untuk lebih memahami perannya dalam tubuh.
Hal itu digunakan untuk memastikan bahwa percobaan itu aman sebelum diberlakukan pada model manusia.
Sistem organ atau anatomi pada tikus mirip dengan manusia dalam bentuk, struktur, dan fisiologisnya.
Tikus berkembang dengan cara yang sama seperti manusia, memiliki organ yang serupa, seperti jantung, paru-paru, otak, dan ginjal.
Kesamaan lainnya yakni pada sistem yang ada di tubuh, seperti pencernaan, peredaran darah, reproduksi, dan saraf.
Dengan adanya kesamaan itu, peneliti dapat dengan mudah mempelajari penyakit-penyakit yang diderita di manusia.
3. Mudah diurus
Dilansir dari LiveScience, alasan lainnya tikus kerap dijadikan obyek percobaan dalam penelitian biomedis lantaran hewan pengerat ini berukuran kecil, mudah ditempatkan dan dipelihara, serta beradaptasi dengan baik di lingkungan baru.
Hewan pengerat ini juga umumnya berwatak lembut dan jinak, membuat mereka mudah ditangani oleh para peneliti.
Kendati demikian, ada beberapa jenis tikus yang lebih sulit dikendalikan daripada yang lain.
4. Biaya relatif murah
Tikus mempunyai harga yang relatif murah dan dapat dibeli dalam jumlah besar dari produsen komersial yang membiakkan hewan pengerat khusus untuk penelitian.
Mereka juga bereproduksi dengan cepat dan memiliki umur pendek dua hingga tiga tahun sehingga para peneliti dapat dengan mudah mengukur efek penuaan tanpa menunggu terlalu lama.
Oleh karena itu, beberapa generasi tikus dapat diamati sekaligus dalam waktu yang relatif singkat dan mempunyai cadangan yang bisa digunakan untuk penelitian lain.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/19/090000065/4-alasan-tikus-sering-dijadikan-obyek-percobaan-dalam-penelitian-biomedis