Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bumi Dulu Pernah 19 Jam dalam Sehari Selama Satu Miliar Tahun, Kok Bisa?

Menurut penelitian yang dipublikasikan Senin (12/6/2023) di jurnal Nature Geoscience, sekitar 2 miliar hingga 1 miliar tahun yang lalu, satu hari penuh berlangsung lima jam lebih cepat daripada waktu sekarang.

Peneliti mengungkapkan, hal tersebut disebabkan karena jarak Bulan dengan Bumi yang sangat dekat.

Sejak saat itu, hari-hari di Bumi terus menjadi lebih panjang karena Bulan menjauh dari planet Bumi dan memperlambat rotasi Bumi.

"Seiring berjalannya waktu, Bulan telah mencuri energi rotasi Bumi untuk mendorongnya ke orbit yang lebih tinggi dan lebih jauh dari Bumi," ujar penulis utama studi Ross Mitchell, seorang ahli geofisika di Institut Geologi dan Geofisika Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dilansir dari Live Science.

Bagaimana peneliti mengukur panjang hari purba?

Hasil studi tersebut mengatakan, pada pertengahan era Proterozoikum, Bulan secara konsisten melayang pada jarak tertentu dari Bumi, mengulur panjang hari sekitar 19 jam selama 1 miliar tahun sebelum akhirnya mulai menjadi lebih panjang atau lama.

Para ilmuwan menyebut periode ini sebagai "boring billion" karena relatif stabilnya aktivitas tektonik Bumi, iklim yang stabil, dan evolusi biologis yang lebih lambat.

Untuk penelitian mereka, para peneliti memanfaatkan metode geologi yang relatif baru untuk mengukur panjang hari secara historis yang dikenal sebagai siklostratigrafi.

Teknik ini berfokus pada variasi endapan sedimen batuan.

Siklostratigrafi membantu para peneliti mengidentifikasi "siklus Milankovitch", perubahan orbit dan rotasi Bumi yang memengaruhi iklim planet ini.

Menganalisis banyak catatan siklostratigrafi tentang siklus Milankovitch memungkinkan para peneliti mengintip ke masa lalu dan menentukan mengapa Bulan melekat erat pada Bumi selama periode ini.

Penyebab durasi waktu Bumi semakin panjang 

Dalam penelitiannya tersebut, mereka menemukan jawaban mengapa saat ini Bumi memiliki durasi waktu lebih panjang dibandingkan satu miliar tahun lalu, kemungkinan besar terkait dengan pasang surut yang memengaruhi rotasi planet.

Tarikan gravitasi dari Bulan mengendalikan pasang surut air laut di Bumi, sehingga memperlambat rotasi planet.

Namun, Matahari juga memberikan tarikan gravitasi dalam bentuk pasang surut atmosfer Matahari yang terjadi ketika sinar Matahari memanaskan permukaan Bumi dan mempercepat rotasi planet.

Saat ini, pasang surut Bulan memiliki kekuatan sekitar dua kali lipat dari pasang surut atmosfer Matahari.

Ini berarti pasang surut ini memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap seberapa cepat Bumi berputar.

Namun, penelitian mengungkapkan, selama boring billion, Bumi berputar lebih cepat yang mengindikasikan bahwa tarikan gravitasi Bulan lebih lemah daripada sekarang.

Jadi, pada masa itu, pasang surut Matahari dan Bulan lebih seimbang.

"Karena itu, jika di masa lalu kedua kekuatan yang berlawanan ini menjadi sama satu sama lain, resonansi pasang surut seperti itu akan menyebabkan panjang hari di Bumi berhenti berubah dan tetap konstan selama beberapa waktu," kata rekan penulis studi Uwe Kirscher, seorang rekan peneliti di Curtin University di Australia.

Selain itu, periode panjang durasi dalam sehari 19 jam ini bertepatan dengan perlambatan yang sama dalam peningkatan oksigen di atmosfer selama era pertengahan Proterozoikum.

Sehingga, hal ini mungkin juga berkontribusi pada perlambatan evolusi kehidupan di Bumi pada masa itu.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/06/23/061500765/bumi-dulu-pernah-19-jam-dalam-sehari-selama-satu-miliar-tahun-kok-bisa-

Terkini Lainnya

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Tren
Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Tren
Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Tren
Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Tren
Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Tren
Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tren
Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Tren
Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Tren
Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Tren
Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke