Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Warganet Keluhkan Strategi Penjualan ala Upselling, Apa Itu?

Unggahan itu diunggah oleh akun Twitter ini pada Sabtu (20/5/2023).

“Yg kocak itu barista sbux nawarin upsellin dgn ngasih pilihan “susunya mau pake oat, soy, atau almond?” yg mana itu ada biaya tambahan dari klo pake dairy biasa.

Masalahnya pilihan ini tuh kan bkn additional, tp substitusi. Dan seakan menghilangkan opsi default dairy,” tulis sang pengunggah.

Hingga Minggu (21/5/2023), unggahan itu sudah dilihat lebih dari 589.400 kali dan mendapat 3.540 suka.

Banyak warganet pun ramai berkomentar dalam unggahan tersebut. Kebanyakan dari mereka juga mempunyai pengalaman terkena praktek upselling yang sama.

“Belom lama gw ke gocek jg ni pas beli dolce latte. 'Kopinya mau nyoba yg baru ga ka?' gw iya iya bae pas nerima struk lah nambah biaya,” ketik salah satu warganet.

Lantas, apa itu teknik upselling? Dan bagaimana aturannya?

Penjelasan pakar

Dosen Departemen Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin menjelaskan, upselling adalah menjual produk tambahan atau yang lebih tinggi atau premium daripada produk yang ingin dibeli konsumen.

“Manfaat bagi penjual jelas mendapatkan tambahan penjualan,” ucap Eddy kepada Kompas.com, Minggu (21/5/2023).

Ia juga mengungkapkan, manfaat untuk konsumen, terkadang terdapat upselling yang memang berguna melebihi yang diinginkan konsumen sebelumnya.

“Ada juga yang tidak berguna atau hanya menambah pengeluaran,” tuturnya.

Strategi upselling

Eddy pun menuturkan berbagai strategi atau teknik upselling, antara lain:

  • Higher-tier upgrade

Pelanggan ditawarkan dan diberikan kesempatan untuk upgrade pilihan produk dengan biaya yang lebih tinggi.

  • Product bundling

Pelanggan ditawarkan barang/jasa yang memiliki nilai tambah dibandingkan dengan produk yang ingin dibeli sebelumnya.

  • Discounted offering

Pelanggan diberikan harga diskon untuk produk dan/atau layanan lain yang dijual oleh perusahaan sebagai hadiah dari loyalitas.

  • Loyalty program

Ini mirip dengan discounted offering, namun motifnya cenderung lebih transparan karena pelanggan harus membeli lebih banyak.

  • Product customization (customer specific)

Perusahaan dapat menyesuaikan produk dan/atau layanan yang dijual berdasarkan kebutuhan khusus dan feedback dari pelanggan.

Cara menolak upselling yang baik

Dihubungi terpisah, dosen Manajemen Pemasaran dari Universitas Indonesia (UI) Rifelly Dewi Astuti mengatakan, konsumen berhak untuk menolak upselling dari penjual apabila memang tidak sesuai dengan kebutuhannya.

“Karena sifatnya pilihan. Upselling bisa berupa layanan, produk, ataupun fitur tambahan,” kata Felly kepada Kompas.com, Minggu (21/5/2023).

Ia melanjutkan, sebagai konsumen lebih baik untuk mengetahui terlebih dahulu produk yang hendak dibeli.

“Ataupun silahkan bertanya yang baik kepada penjual, misal berapa biayanya jika menambah (produk) ini dan sebagainya,” terangnya.

Jika tidak sesuai dengan kebutuhan atau budget, maka konsumen berhak untuk menolaknya.

“Beli hanya yang sesuai saja untuk kita (sebagai pembeli),” tandasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/21/173000565/warganet-keluhkan-strategi-penjualan-ala-upselling-apa-itu-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke