Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tidur dengan Lampu Menyala atau Mati, Lebih Baik yang Mana?

Ada orang yang memilih tidur dengan mematikan lampu, tetapi beberapa orang juga terbiasa tidur dengan lampu menyala.

Perlu diketahui bahwa tidur dengan lampu mati atau menyala bisa memengaruhi kesehatan tubuh nih.

Lantas, lebih baik mana, tidur dengan lampu menyala atau dengan lampu mati?

Penjelasan dokter

Dokter sekaligus Praktisi Kesehatan Tidur dan Konsultan Utama Snoring & Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran Andreas Prasadja menjelaskan, kebiasaan tidur dengan lampu menyala dan lampu mati dapat memengaruhi kesehatan.

Andreas mengatakan, saat tidur sebaiknya dilakukan dengan kondisi lampu dimatikan untuk mendapatkan kulitas tidur yang baik.

"Kalau ditanya sehat mana, tidur dengan lampu mati jelas lebih baik dan sehat karena kita bisa mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik dibandingkan dengan saat tidur dengan lampu menyala," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (11/2/2023).

"Namun, tetap harus ada cahaya atau penerangan kecil saat tidur. Tidak sampai gelap gulita," lanjutnya.

Hal ini untuk berjaga-jaga agar tidak terjatuh saat nanti terbangun di tengah malam untuk ke kamar mandi atau mengambil air.

"Jam biologis kita itu sangat peka terhadap cahaya, jadi supaya kulitas tidurnya baik maka harus dalam kondisi gelap, karena kalau terang otaknya akan bingung ini pagi atau siang," katanya.

Cahaya menjadi pengatur utama jam biologis otak yang dikenal sebagai nukleus suprakiasmatik yang mana ada jam-jam tertentu yang digunakan otak untuk mengidentifikasi sesuatu, seperti jam segar bugar, mengantuk, maupun lapar.

Jika tidur dengan lampu terang, maka otak akan menyinkronkan ritme pada waktu yang salah dan dapat me-desinkronisasi ritme.

"Bahkan saat mata tertutup, otak kita dapat menyadari cahaya yang relatif rendah. Sehingga menyebabkan tidur tidak nyenyak," jelasnya.

Dikutip dari Sleep foundation, paparan cahaya buatan yang berlebihan atau tidak tepat waktu dapat menyebabkan ritme sirkadian seseorang tidak selaras dengan jadwal siang-malam.

Hal ini dapat mengganggu tidur mereka dan menyebabkan dampak kesehatan lainnya, termasuk metabolisme yang memburuk, penambahan berat badan, masalah kardiovaskular, dan bahkan mungkin peningkatan risiko kanker.

Ritme sirkadian adalah jam internal 24 jam yang mengoordinasikan berbagai proses dalam tubuh, termasuk tidur.

Ritme ini dikendalikan oleh sebagian kecil otak yang dikenal sebagai alat pacu jantung sirkadian yang sangat dipengaruhi oleh paparan cahaya.

Efek karena tidur dengan lampu menyala

Masih dikutip dari sumber yang sama, ada beberapa efek kesehatan yang dapat disebabkan karena tidur dengan lampu menyala, yaitu:

1. Ketegangan mata

Bahkan tingkat cahaya yang rendah selama tidur juga dikaitkan dengan ketegangan mata.

Tidur dengan cahaya bisa mengakibatkan rasa sakit, lelah, dan tidak nyaman pada mata, serta kesulitan fokus yang lebih besar.

2. Obesitas dan penambahan berat badan

Menyalakan lampu saat tidur tampaknya memengaruhi pengaturan metabolisme sirkadian, meningkatkan risiko kenaikan berat badan meskipun tidur itu sendiri tidak terganggu.

Dalam sebuah penelitian selama periode lima tahun, wanita yang tidur dengan lampu atau TV menyala jauh lebih mungkin untuk mendapatkan 10 pound atau sekitar 4,5 kilogram.

Bahkan setelah mengendalikan faktor yang berkaitan dengan pola makan dan kebiasaan olahraga mereka.

3. Depresi

Dilansir dari Healthline, tidur dengan lampu menyala telah dikaitkan dengan depresi.

Cahaya biru dari perangkat elektronik mungkin memiliki efek terburuk pada suasana hati Anda.

Kurang tidur juga dapat menyebabkan kemurungan dan lekas marah. Anak-anak yang kurang tidur mungkin lebih hiperaktif.

4. Peningkatan risiko penyakit kronis

Jika cahaya terus mengganggu tidur dalam jangka panjang, maka dapat meningkatkan risiko penyakit kronis tertentu baik mengalami obesitas maupun tidak.

Ini juga termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.

1. Kurangi paparan cahaya sebelum tidur

Dalam dua hingga tiga jam sebelum tidur, cobalah meredupkan lampu dan menghindari layar dan smartphone untuk memungkinkan pelepasan melatonin.

2. Ubah kualitas cahaya yang Anda hadapi

Kurangi jumlah gelombang pendek aktif, cahaya biru yang mengenai retina.

Komputer dan smartphone kita memiliki aplikasi untuk menyaring cahaya biru, seperti f.lux, yang dapat diprogram untuk disesuaikan dengan waktu.

3. Cobalah menggunakan masker mata

Masker mata merupakan barang yang mudah untuk memblokir cahaya saat tidur.

Studi pada pasien yang pulih di unit perawatan intensif menunjukkan bahwa penggunaan masker mata dapat meningkatkan kualitas tidur subyektif mereka.

Namun, beberapa orang mungkin menganggap masker mata tidak nyaman yang dapat menyebabkan tidur kurang nyenyak.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/11/150000765/tidur-dengan-lampu-menyala-atau-mati-lebih-baik-yang-mana-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke